Sabtu, 4 Oktober 2025

Profil dan Sosok

Brigjen. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F., DFM

Profil Brigjen. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F., DFM, kini jabat Tenaga Dokkes Investigasi Kepolisian Utama Tk. II Pusdokkes Polri

Penulis: Sri Juliati
Editor: Bobby Wiratama
Kolase Tribunnews.com
Profil Brigjen. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F., DFM, polwan bergelar doktor ahli Forensik fertama di Asia. Kini jabat Tenaga Dokkes Investigasi Kepolisian Utama Tk. II Pusdokkes Polri per 26 Juni 2024. 

Pada 2016, Hastry sukses menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Airlangga yang membawanya meraih gelar Doktor (Dr).

Perjalanan Karier

Sumy Hastry Purwanti naik pangkat dari Kombes menjadi Brigjen
Sumy Hastry Purwanti naik pangkat dari Kombes menjadi Brigjen.

Karier Brigjen Sumy Hastry Purwanti telah malang melintang di dalam kepolisian tanah air terutama di bidang Kedokteran Kepolisian (Dokpol).

Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Kabiddoksikes Rodokpol Pusdokkes Polri.

Ia merupakan Polwan pertama di Asia yang bergelar Doktor Forensik dan telah banyak berkiprah hingga tingkat internasional.

Selain itu, Hastry juga merupakan sosok yang sangat peduli dengan perlindungan perempuan dan anak.

Ia mendirikan layanan Forensik Klinik (Forklin) yang secara khusus berpihak kepada korban kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.

Hastry memang lebih banyak berkarier di Jawa Tengah. Jabatan terakhirnya di Polda Jateng adalah Kabiddokkes Polda Jateng.

Meski demikian, Hastry juga pernah bertugas di luar Polda Jateng yaitu Kabiddokkes Polda NTB.

Jabatan lain yang pernah diembannya adalah KA Instalasi Forensik RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.

Kasus yang Pernah Ditangani

Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F., D.F.M.
Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F., D.F.M. (Instagram/@hastry_forensik)

Sebelum bertugas di Mabes Polri, Hastry memang banyak berdinas di Polda Jateng.

Namun, jika ada peristiwa besar, seperti kecelakaan atau bencana alam, ia akan bergabung dengan tim Disaster Victims Identification (DVI) Polri untuk menanganinya.

Sejumlah kasus besar pun pernah ditangani sejak ia masih menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis forensik di Undip.

Kasus-kasus itu antara lain Bom Bali I (2002), bom Hotel JW Marriott (2003), bom di Kedutaan Besar Australia, bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), Bom Bali II (2005), serta kecelakaan pesawat Sukhoi (2012).

Kepiawaiannya dalam mengungkap identitas jenazah yang sulit teridentifikasi pun membuat namanya cukup diperhitungkan di dunia.

Bahkan, ketika peristiwa kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 terjadi di Ukraina beberapa waktu lalu, dia sempat dipanggil ke Belanda untuk membantu proses identifikasi tersebut.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved