“BPS dan Bank Indonesia melaporkan, komoditas beras masih mengalami inflasi sebesar 0,64% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,03% pada Januari 2024. Hal itu menyebabkan komponen inflasi volatile food (komponen bergejolak) meningkat menjadi 7,22%,” ujarnya.
Yanu berpendapat beras memiliki arti penting bagi mayoritas warga berpendapatan rendah. Setiap kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, utamanya beras, akan menambah jumlah dan porsi pengeluaran. Ia menyatakan, hingga saat ini, beras masih menjadi pengeluaran terbesar bagi penduduk miskin.
“Di sisi lain, ketika pengeluaran meningkat, tapi pendapatan tetap atau tidak bertambah, beban ekonomi rumah tangga miskin semakin berat. Terlebih jika kenaikan harga merembet kepada barang kebutuhan pokok lainnya,” pungkasnya. (**)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.