Kepala BKKBN: Jarak Kelahiran Anak Harus Diatur untuk Cegah Stunting
Kepala BKKBN, DR (HC) dr Hasto Wardoyo, Sp.OG (k). Hasto mengatakan jarak kelahiran anak yang terlalu dekat bisa meningkatkan potensi stunting.
Hasto Wardoyo juga mengingatkan pentingnya melakukan prakonsepsi sebelum menikah untuk mencegah stunting. Ia pun menyayangkan banyak anak muda yang akan menikah lebih mementingkan kegiatan prewedding daripada hal mendesak yakni prakonsepsi.
Menurutnya, prakonsepsi tidak memerlukan biaya yang besar. "Anak-anak muda prewedding mulu enggak prakonsepsi, enggak pikir prakonsepsi. Ukur lingkar lengan, periksa hb, itu saja," kata dia.
Ia menerangkan, prakonsepsi bisa dilakukan oleh calon orangtua tiga bulan sampai satu tahun sebelum kehamilan. Calon ibu hamil dapat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Nantinya, calon ibu hamil bisa meminum asam folat, memeriksakan lingkar lengan dan hb (hemoglobin). Sementara bagi calon ayah, bisa menanggalkan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol agar menghasilkan sperma yang baik.
Upaya ini dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertumbuhan janin yang lambat atau kehamilan yang mengalami gangguan.
"Karena yang jadi concern serius itu bahwa merencanakan anak itu belum dianggap penting. Ini tantangan serius. Keluarga itu harus direncanakan, jangan main-main kalau mau hamil," ungkap dia.
Karena itu diharapkan, masyarakat bersama pemerintah bersama-sama menurunkan angka stunting sesuai yang diamanatkan Presiden Jokowi yakni 14 persen. Salah satunya, memahami pentingnya kehidupan 1000 hari pertama kelahiran dengan kesiapan nikah, kesiapan untuk hamil, serta mengetahui bagaimana menjaga jarak kehamilan.
Baca juga: Dapat Cegah Stunting, Kepala BKKBN Ingatkan Anak Muda Pentingnya Prakonsepsi
Upaya bersama pencegahan serta penurunan angka stunting
Senada dengan Hasto, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Emi Nurjasmi mengatakan kurang lebih 200 ribu bidan telah ditunjuk dan ditugaskan sebagai tim pendamping keluarga dalam upaya pencegahan serta penurunan angka stunting sejak dini, atau sedari sebelum pernikahan.
“Kami bidan, alhamdulillah dengan pak Hasto (Kepala BKKBN) hampir 200 ribu bidan sudah ditunjuk ditugaskan sebagai tim pendamping keluarga,” kata Emi.
Menurutnya terobosan yang dicanangkan oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo soal pencegahan stunting bukan dilakukan ketika setelah bayi lahir tapi jauh sebelum pernikahan merupakan langkah yang tepat.
“Jadi luar biasa terobosan yang diambil pak Hasto karena kita tidak bicara setelah bayi lahir, tapi jauh sebelumnya sebelum menikah,” lanjut Emi.
Para bidan ini punya tugas untuk mengedukasi para perempuan soal kehamilan bahwa upaya pencegahan stunting perlu dilakukan sedari sebelum pernikahan.
“Hal ini yang kami sampaikan kepada perempuan, kita mencegah stunting tidak pada bayi yang sudah ada saja. Yang akan menikah pun kita sudah memberikan edukasi agar siap menikah, siap hamil dan siap untuk pengasuhannya,” lanjutnya.
Lebih lanjut Emi mengatakan upaya pencegahan stunting sesungguhnya mudah dilakukan. Namun para ibu harus mengetahui cara-caranya. Salah satunya soal pemberian ASI bagi bayi. Ia mengatakan bayi harus diberi ASI saja selama 6 bulan sejak lahir. Kemudian dilanjutkan pemberian ASI dengan makanan pendamping sampai bayi berusia 2 tahun.
cegah stunting
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo
Tribun Network
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Sosok David Deka, Pria yang Angkut Jenazah ASN BKKBN di Medan Pakai Motor, Akses Terbatas |
![]() |
---|
Wamen Isyana: Penduduk Bukan Sekadar Angka Statistik Tapi Sumber Daya Utama Pembangunan Nasional |
![]() |
---|
Mahasiswa Kriminologi UI Kunjungi Kantor Tribun Network, Dalami Peran Media di Era Digital |
![]() |
---|
Berdedikasi di Bidang Pendidikan, Tribunnews.com Raih Penghargaan dari Kemendikdasmen |
![]() |
---|
Tribun Network Raih 8 Penghargaan di SPS Awards 2025, Banjarmasin Post Sabet 3 Penghargaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.