Pilpres 2024
Partai Demokrat: Pemerintah Tak Perlu Titip-titip Nama Capres atau Cawapres, Fokus Urus Rakyat Saja
Herzaky menyebut, presiden atau menteri pembantu presiden di kabinet tidak perlu titip-menitip nama capres atau cawapres.
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Demokrat menyebut, presiden atau menteri pembantu presiden di kabinet tidak perlu titip-menitip nama capres atau cawapres.
Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, hal tersebut bisa dianggap intervensi bahkan intimidasi, karena pemerintah melakukan tugas yang tak semestinya mereka lakukan.
"Kalau mengerti demokrasi, ini bisa dianggap intervensi bahkan intimidasi dalam bentuk halus. Karena bukan ranahnya pemerintah memikirkan siapa capres dan cawapres selanjutnya," kata Herzaky, melalui keterangan pers tertulis, Jumat (12/5/2023).
Menurutnya, tugas pemerintah adalah menjalankan kebijakan dan program yang bermanfaat untuk rakyat.
Ia kemudian mengatakan, lebih baik agar pemerintah fokus dengan kerja-kerja utamanya mengurus rakyat yang sedang kesusahan.
"Waktu tinggal 1,5 tahun, masih banyak janji kampanye yang belum dilaksanakan, masih banyak rakyat yang tenggelam dalam kemiskinan, karena sulit mendapatkan pekerjaan dan tingginya biaya hidup akibat harga sembako terus melonjak," katanya.
"Pemerintah fokus saja dengan kerja-kerja utamanya mengurus rakyat yang sedang kesusahan," sambungnya.
Baca juga: Belum Tetapkan Dukung Capres 2024, Solmet Tunggu Komando Presiden Jokowi
Lebih lanjut, Herzaky mendorong pemerintah merancang cetak biru pembangunan, jika berharap ada keberlanjutan pembangunan di periode masa jabatan presiden selanjutnya.
Hal itu, katanya, sama seperti yang dilakukan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Herzaky menyinggung, pemerintah saat ini justru sibuk mendorong koalisi dan capres jelang Pilpres 2024.
"Menyiapkan fondasi pembangunan buat era selanjutnya. Bukan malah sibuk dorong koalisi A atau koalisi B, dorong capres A atau B, cawapres C atau D," ucapnya.
Adapun katanya, pemerintah baiknya memastikan Pileg dan Pilpres 2024 berjalan dengan demokratis, jujur, adil, dan tanpa intervensi serta tanpa intimidasi.
"Bukan malah sejak awal mau geser-geser pemilu lah, perpanjangan masa jabatan lah, dan sekarang sibuk mau atur-atur siapa calon pemimpin selanjutnya," katanya.
Terkait hal ini, Herzaky menyebut, wajar jika demokrasi Indonesia semakin menurun kualitasnya di era ini.
Hal itu menurutnya, dikarenakan para pemimlin di kabinet tidak bisa membedakan mana praktik-praktik demokrasi dan mana praktik monarki atau kerajaan.
"Pantas saja demokrasi di Indonesia makin menurun kualitasnya di era ini. Karena pemimpin-pemimpinnya di kabinet tidak bisa membedakan, mana praktik-praktik demokrasi dan mana praktik-praktik monarki atau kerajaan," tuturnya.
"Kalau presiden atau pemerintah merasa mereka raja, mereka punya kekuasaan mutlak, dan sistem pemerintahan kita adalah kerajaan, barulah mereka ikut-ikutan menentukan siapa penerusnya. Tapi, negara kita ini negara demokrasi," tegas Herzaky.
Pilpres 2024
PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP soal Penetapan Gibran Cawapres, Mahfud Pesimis Bakal Dikabulkan |
---|
VIDEO Pembacaan Putusan Gugatan PDIP Soal Pencalonan Gibran di PTUN Ditunda Jadi 24 Oktober 2024 |
---|
Jubir PTUN: Penundaan Pembacaan Putusan Gugatan PDIP soal Gibran Tak Terkait Pelantikan Presiden |
---|
Hakim Sakit, PTUN Tunda Baca Putusan Gugatan PDIP hingga Setelah Pelantikan Prabowo-Gibran |
---|
BREAKING NEWS PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP Gugat KPU soal Penetapan Gibran jadi Cawapres |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.