Minggu, 5 Oktober 2025

Hari Pendidikan Nasional

Profil Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, Pendiri Perguruan Taman Siswa

Profil Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hadjar Dewantara, yang merupakan seorang wartawan dan pencetus berdirinya Perguruan Taman Siswa

Penulis: muhammad abdillahawang
Editor: Sri Juliati
LP3M UST
Profil Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hadjar Dewantara, yang merupakan seorang wartawan dan pencetus berdirinya Perguruan Taman Siswa. Ki Hadjar Dewantara. 

Dalam Pengasingan

Dalam pengasingan di Belanda,Ki Hadjar Dewantara aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Tahun 1913 dia mendirikan Indonesisch Pers-bureau, "kantor berita Indonesia".

Ini adalah penggunaan formal pertama dari istilah "Indonesia", yang diciptakan tahun 1850 oleh ahli bahasa asal Inggeris George Windsor Earl dan pakar hukum asal Skotlandia James Richardson Logan.

Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akta, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya.

Dalam studinya ini Ki Hadjar Dewantara terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore.

Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Pencetus Perguruan Taman Siswa

Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pencetus berdirinya Perguruan Taman Siswa yang menjadi cikal bakal lembaga pendidikan di Indonesia.

Perguruan tersebut didirikannya sepulang dari pengasingan di Belanda pada 3 Juli 1922.

Ki Hadjar Dewantara memberi nama perguruan tersebut dengan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Ki Hadjar Dewantara mendirikan perguruan tersebut dengan tujuan agar orang-orang pribumi mendapatkan pendidikan yang layak.

Pasalnya, pada masa kolonial Belanda hanya kaum bangsawan dan orang-orang Belanda yang bisa menikmati pendidikan formal.

Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved