Selasa, 7 Oktober 2025

Lebaran 2023

Lebaran Muhammadiyah Kemungkinan Berbeda dengan Pemerintah, Haedar Nashir: Jangan Jadikan Perpecahan

Lebaran Idulfitri maupun Iduladha Muhammadiyah kemungkinan akan berbeda dengan yang akan ditetapkan oleh Pemerintah.

Penulis: Dodi Esvandi
Situs resmi Muhammadiyah
Ketua Umum Muhammadiyah 2022-2027, Haedar Nashir. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dodi Esvandi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi menetapkan 1 Ramadan 144 H pada Kamis, 23 Maret 2023, dan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat, 21 April 2023.

Selain itu PP Muhammadiyah juga menetapkan 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada Senin 19 Juni 2023.

Dengan demikian, warga Muhammadiyah akan merayakan lebaran Iduladha pada 28 Juni 2023.

Hal ini membuat lebaran Idulfitri maupun Iduladha Muhammadiyah kemungkinan akan berbeda dengan yang akan ditetapkan oleh Pemerintah.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan jika terjadi perbedaan penetapan hari-hari penting itu, umat Islam Indonesia diminta untuk saling menghargai, menghormati, dan tasamuh.

“Kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadan, 1 Syawal 10 Zulhijah sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru," kata Haedar di acara Konferensi Pers maklumat PP Muhammadiyah “Penetapan hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah 1444 H”, Senin (6/2/2023).

"Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan lalu timbul penghargaan dan kearifan,” ungkap Haedar.

Baca juga: Jadwal Puasa Ramadan Tahun 2023 Jakarta, Disertai Jadwal Nuzulul Quran dan Perkiraan Lailatul Qadar

Dalam urusan perbedaan, Haedar mengimbau umat Islam menjunjung tinggi penghargaan dan kearifan ketika menjalankan praktek beragama.

Menurutnya, perbedaan adalah hal yang biasa sehingga jangan dianggap sebagai sumber perpecahan.

“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nadi perjuangan perjalanan sejarah umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” imbuhnya.

Kesempatan berjumpa dengan Ramadan dan Syawal 1444 H, sambung Haedar, harus dimanfaatkan sebagai momen ibadah agar lebih dekat dengan Allah SWT, berbuat baik dalam kehidupan dan membangun diri sebagai mukmin yang lebih baik dari sebelumnya.

Guru Besar Sosiologi itu juga meminta agar perbedaan yang dimiliki menjadi kekuatan bagi muslim secara pribadi dan umat Islam secara kolektif.

Bagi warga Muhammadiyah, imbuhnya, tidak perlu khawatir atas maklumat penetapan tersebut, sebab dibangun atas dasar keilmuan dan keislaman yang kokoh.

“Muhammadiyah dengan hisab wujudl hilal yang dipedomaninya itu sangat kokoh dengan dasar Al Qur’an, hadis nabi yang kuat ditambah ijtihad. Sehingga pengambilan keputusan itu sungguh memiliki dasar keagamaan yang kuat. Jadi bukan hanya dan tidak betul kalau itu bersifat rasionalitas ilmu semata-mata,” kata Haedar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved