Sabtu, 4 Oktober 2025

Cerita Erick Thohir Belajar Prinsip Bisnis Sejak Kecil, Berawal dari Dagang Biji Karet

Erick Thohir menceritakan lika-liku kehidupannya sejak kecil hingga menjadi orang nomor satu yang memegang kendali di perusahaan pelat merah.

Penulis: Naufal Lanten
Editor: Dodi Esvandi
Dok. pribadi
Menteri BUMN yang juga pemilik klub Satria Muda, Erick Thohir saat menghadiri acara syukuran SM meraih gelar back to back 2021 dan 2022 di Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (3/12/2022). 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menceritakan lika-liku kehidupannya sejak kecil hingga menjadi orang nomor satu yang memegang kendali di perusahaan pelat merah.

Penuturan perjalanan hidupnya itu tertuang dalam buku bertajuk dalam buku biografi berjudul ‘(Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir’ yang dirilis pada Kamis (10/11/2022) lalu.

Alkisah, sekira 43 tahun silam, mantan Presiden Inter Milan ini bermain biji karet dengan teman sepermainannya.

Dengan mengenakan kaus oblong, celana pendek, dan sandal jepit, Erick mengambil posisi jongkok sambil menatap serius sebuah biji karet di atas tanah merah. Matanya terfokus ke arah biji karet milik lawan permainan.

Dia lantas membuka kepalannya. Dia tempatkan biji karetnya di posisi atas lawan. Erick menggeprak dua biji karet yang saling beradu dengan telapak tangannya.

Baca juga: Pengamat Politik Sebut Erick Thohir Cawapres Paling Punya Prospek Kuat di Pilpres 2024

Erick lantas menghancurkan biji karet sang lawan sekaligus berhasil membalas kekalahan.

Sejak kecil, Erick Thohir berjiwa kompetitif. Dia pantang menyerah ketika gagal atau kalah. Kegagalan atau kekalahan selalu jadi motivasi bagi Erick untuk berusaha, bangkit, dan menang.

"Waktu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kemenangan. Belum berhasil bukan berarti kalah. Hanya belum waktunya saja. Sebaliknya, kekalahan adalah saat kita mudah menyerah, merasa tidak memiliki lagi waktu, lantas berhenti berusaha," ujar Erick Thohir pada Januari 2022.

Lewat sebuah biji karet, Erick Thohir mulai memiliki angan, dan kemudian mewujudkannya dengan usaha sendiri.

Kisahnya bermula dari keinginan Erick bersama kawan-kawannya untuk bisa bermain biji karet selama seminggu penuh.

Baca juga: Erick Thohir Tanamkan Karakter Penting Untuk Bangsa Lewat Klub Satria Muda

Erick Thohir dan kawan-kawan lantas memutuskan membeli biji karet dalam jumlah banyak.

Demi membeli banyak biji karet, Erick Thohir bersama kawan- kawan rela membongkar celengan yang mereka tabung.

“Niatnya untuk main seminggu full," kata Erick mengenang masa kecilnya.

Namun, ratusan biji karet nyatanya membuat Erick dan kawan-kawannya kelelahan. Erick lantas berpikir, harus dikemanakan ratusan biji yang telah diborongnya dari tukang biji karet itu.

Di situlah Erick Thohir mulai mengasah bakat dagangnya.

Ia dan kawan-kawan memutuskan untuk berjualan biji karet di depan SD di sekitar Pasar Tebet. Dagangan biji karet Erick ternyata laku keras.

Lewat kesuksesannya berdagang, Erick Thohir pun mampu mengembalikan tabungannya yang sempat terpakai untuk investasi biji karet.

Baca juga: Erick Thohir Kenang Tim Satria Muda Era 1999: Turut Pilih Beberapa Pemain Terbaik

Uang BUMN tak boleh mengendap

Break even point (BEP) pertama dalam karier Erick dimulai dari bisnis biji karet saat dia duduk di kelas 3 SD.

Dari biji karet, Erick mulai mempelajari bahwa dengan memutar uang yang disimpan, dia mampu meraih banyak hasil dan tujuan.

Hasil pertama adalah memenuhi mimpinya bermain biji karet. Ini masih ditambah manfaat sosial membantu si tukang biji karet.

Tak hanya sampai di situ, kesuksesan memutar uang tabungan membuat Erick Thohir tak hanya mampu mengembalikan uangnya, melainkan juga meraup untung.

Mulanya, kata Erick, mereka berniat jualan tanpa mencari untung. Mereka hanya berupaya mengembalikan tabungan yang sudah berubah bentuk jadi biji karet.

Baca juga: Erick Thohir Silaturahmi dengan Tokoh Sunda di Jawa Barat: Saya Serasa Pulang Kampung

Tak disangka, nilai biji karet meningkat seiring dengan demam musiman permainan itu di SD-nya.

“Jadi, dari kecil saya mungkin sudah berbakat dagang,” jelasnya.

Erick mengisahkan bahwa kesuksesannya yang dimulai dari berbisnis biji karet tak terlepas pula nasihat sang ayah, Muhammad Thohir.

Menurut Erick, sang ayah selalu berpesan agar dia menjadi orang berada, supaya bisa banyak membantu orang lain.

Sang ayah juga banyak mengajarkan Erick terkait cara pandang terhadap ekonomi bahwa yang terbaik adalah melibatkan perputaran uang sebanyak mungkin.

Sebaliknya, mengendapkan uang bukan prinsip ekonomi yang baik. Filosofi dari sang ayah secara tak sadar telah mulai dipraktikkan Erick dengan membongkar tabungan untuk investasi "dagang biji karet".

Baca juga: Antisipasi Kenaikan Harga Pangan Akhir Tahun, Erick Thohir Sebut Ketersediaan Masih Aman

Saat beranjak dewasa, investasi Erick berkembang. Bukan lagi biji karet, melainkan perusahaan media hingga klub olahraga.

Erick bahkan menjadi orang Indonesia pertama yang membeli salah satu klub sepak bola terbesar di dunia, Inter Milan.

Filosofi bermanfaat bagi lingkungan dengan memutar uang ketimbang mengendapkannya itu pun Erick terapkan di BUMN.

“Itulah kenapa kami di BUMN punya filosofi, yakni selain memberikan kontribusi besar terhadap program pemerintah, BUMN harus memiliki program sendiri yang dekat dengan masyarakat. BUMN terus memutar investasinya untuk kepentingan rakyat, seperti kredit untuk UMKM. Jadi keuntungan BUMN tak boleh mengendap,” ujar Erick.

Erick dan kisah biji karetnya adalah bukti bahwa tak ada angan yang sepele. Melalui angan bermain biji karet tersebut, proses untuk menjadi sosok yang tidak gampang menyerah, kompetitif, dan kreatif mulai terbentuk.

Dari bisnis biji karet hingga menjadi bos Inter Milan, etos kepribadian yang ditunjukkan Erick pun tetap sama; selalu ingin menjadi yang terbaik.

Baca juga: Ketua Umum PAN Sebut Erick Thohir Menteri BUMN Terbaik Sepanjang Karirnya di Politik

"Mimpi bisa berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu, tapi semangat untuk mewujudkannya tetap sama," ujarnya.

Dari bermain biji karet, bola basket, sepak bola, hingga tumbuh sebagai pengusaha serta pejabat negara, prinsip Erick Thohir tak berubah.

Prinsip yang ada di kepala Erick masih sama seperti saat bermain biji karet, yakni menjadi yang terbaik atau tidak sama sekali (The best or nothing).

"Prinsip saya adalah selalu ingin jadi yang terbaik," tutur Erick.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved