Megahnya Kedaton Kie, Istana Kesultanan Tidore yang Sempat Runtuh dan Kembali Berdiri Sejak 2010
Sebuah bangunan megah berdiri tegak di wilayah Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, MALUKU UTARA - Sebuah bangunan megah berdiri tegak di wilayah Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
Itu adalah Istana Kesultanan Tidore atau biasa disebut Kadati Kie oleh warga asli setempat.
Kedaton Kie didirikan pada masa pemerintahan Sultan Tidore ke-30 pada tahun 1811.
Bangunan bernuansa putih ini terdiri dari dua lantai yang berdiri di atas lahan berukuran 150 meter x 100 meter.
“Bangunan berbentuk kalajengking jantan dan berdiri pada tahun 1811 di massa Sultan Muhammad Taher, Sultan Tidore yang ke-30,” kata Protokoler di Istana Kesultanan Tidore, Syamsul Arifin Faaroq saat ditemui Tribunnews, Jumat (25/11/2022).
Dari jauh, Istana Tidore didominasi warna dasar putih, hijau, merah dan kuning.
Baca juga: Dukung Sail Tidore 2022, Ditjen Hubla Siapkan KM Tatamailau Sebagai Hotel Terapung
Ternyata pemilihan warna tersebut bukan tanpa alasan.
Kata Syamsul, warna-warna itu dipilih berdasarkan 5 panji (bendera), yang melambangkan lima waktu salat umat Islam.
“Merah magrib, putih subuh, kunjng zuhur, hijau ashar, hitam isya,” kata dia.
Sempat Runtuh pada 1912 Akibat Gejolak Internal Kesultanan Tidore.
Syamsul lantas menuturkan bahwa kondisi di internal Kesultanan Tidore sempat bergejolak. Hal itu diperburuk dengan politik devide et impera khas Belanda.
Baca juga: Ratusan Peserta Sail Tidore 2022 Belajar Sejarah Maritim sambil Berlayar di KRI Teluk Palu-523
Hingga akhirnya Kadato Kie runtuh pada tahun 1912 silam.
“Akhirnya pada 1912 istana ini runtuh setelah meninggalnya Sultan Tidore ke-34, Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan.“
Istana tersebut cukup lama mengalami keruntuhan.
Bahkan, beberapa sultan dalam masa jabatannya tidak menempati istana.
Sultan Zainal Abisin Syah bahkan sempat tinggal di rumah pribadinya yang berlokasi di Kompleks Kelurahan Tuguwaje.
Sultan Haji Jafar Syah pun bernasib serupa. Dia harus menempati rumah pribadinya.
Meski ia dilantik menjadi sultan pada 18 Oktober 1999 di lokasi Kadato Kie sebelum bangunan itu didirikan kembali.
Dibangun Kembali pada 2000 dan Dihuni 10 Tahun Setelahnya.
Kadato Kie akhirnya dibangun kembali pada tahun 2000-an.
Proses pembangunannya memakan waktu satu dekade hingga akhirnya Istana Kesultanan Tidore kembali berdiri pada 2010 silam.
“Bangunan didirikan kembali di tahun 2000, selesai pada 2010 dan masuk tinggal diresmikan pada tahun 2010,” ucap Syamsul.
Meski didirikan pada milenium baru, bangunan didesain seperti awal sebelum runtuh.
Gaya bangunan pun khas melayu masih melekat.
Jika masuk ke lantai dua, terdapat teras dengan deretan bangku dan meja. Kemudian masuk ke ruang tamu, terdapat bangku dan meja untuk pertemuan, serta pajangan peninggalan, panji dan ruang kerja.
Kemudian pada bagian dalam terdapat ruangan besar yang meliputi Kamar Puji yang berada di sebelah kiri dari arah muka bangunan. Kamar itu menyimpan mahkota sultan sekaligus tempat beriktikaf.
Di sebelahnya ada kamar untuk bagian urusan rumah tangga.
Sementara di bagian seberang Kamar Puji, merupakan kamar sultan.
Berdasarkan pantauan Tribunnews.com, hingga Jumat (25/11/2022) sore, sejumlah perwakilan petinggi negara terus berdatangan ke Istana Kesultanan Tidore.
Kedatangannya antara lain berkaitan dengan Sail Tidore 2022, yang perayaan puncaknya akan berlangsung pada Sabtu (26/11/2022) besok.
Untuk diktahui, Sail Tidore merupakan kegiatan pelayaran Internasional yang berlangsung di perairan Indonesia. Kegiatan ini dimotori Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenko Marves RI).
Acara Sail Tidore 2022 memiliki tujuan mendongkrak popularitas daerah yang memiliki keindahan wisata di Tidore, Maluku Utara.