Gempa Berpusat di Cianjur
Detik-detik 21 Anak Sekolah Tewas Tertimpa Bangunan Roboh Akibat Gempa di Desa Cariu Cianjur
Yeyep selaku pimpinan Tarbiyatus Sibyan menceritakan peristiwa meninggalnya 21 pelajar akibat gempa yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yeyep selaku pimpinan Tarbiyatus Sibyan menceritakan peristiwa meninggalnya 21 pelajar akibat gempa yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).
Menurut Yeyep saat kejadian anak-anak sudah mulai berdatangan untuk memulai pelajaran pukul 14.00 WIB.
Ketika anak-anak sedang menunggu jam pelajaran di lantai 1, gempa mengguncang sangat keras.
"Anak-anak DTA (Sekelas SD) jam 12.30 masuk berdatangan ke sekolah berada di lantai satu. Tetapi proses belajar dimulai jam 14.00 WIB. Kemudian saat kejadian 13.20 WIB tiba-tiba saja," cerita Yeyep saat ditemui di Pondok Pesantren Tarbiyatus Sibyan, Rabu (23/11/2022).
Seketika bangunan sekolah tersebut roboh dan menimpa anak-anak yang ada di bawahnya.
Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan dan Anak Korban Gempa Cianjur Butuh Pendampingan Psikososial
"Jadi banyak anak-anak yang tertimpa dak beton lantai di atasnya. Saat kejadian langsung dievakuasi dibantu warga sekitar," katanya.
Yeyep menuturkan setelah dievakuasi korban meninggal mencapai 21 anak-anak.
Rata-rata umur anak kisaran kelas satu sekolah dasar.
"Setelah dievakuasi yang meninggal ada 18 siswa. Ditambah santrinya tiga anak yang meninggal. Rata-rata kelas satu hingga kelas tiga," tambahnya.
Baca juga: Cugenang Wilayah Terdampak Parah Gempa Cianjur Masih Terisolir, Bantuan Minim
Seluruh korban dikatakan Yeyep sudah diinformasikan kepada orang tua murid.
Jenazah ada yang dibawa dan ada yang dimakamkan massal di sekitar Kampung Cariu.
"Sudah diinformasikan datang orang tua murid. Jenazah ada yang dibawa dan dimakamkan di sini. Sembilan orang di makamkan sekitar Kampung Cariu. Pemakamannya secara massal," katanya.
Yeyep menuturkan bahwa bangunan pesantren sudah tidak bisa digunakan lagi. Ia berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah dan masyarakat agar pesantren bisa dibangun kembali.
"Sekarang bangunan rubuh total tidak bisa digunakan lagi buat tinggal dan ngaji di sini. Saya sangat berharap mendapatkan bantuan kembali membangun pesantren di sini agar anak-anak didik tidak lama-lama melanjutkan proses pembelajaran," katanya.