Senin, 6 Oktober 2025

KTT G20 Bali

Luhut Minta Maaf, KTT G20 Ganggu Aktivitas Warga Bali

KTT G20 di Bali memang membawa konsekuensi diberlakukannya aturan ganjil genap di kawasan Kuta, Nusa Dua dan Tol Bali Mandara.

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Choirul Arifin
Bendera sejumlah negara anggota anggota G20 dengan banner sambutan terpasang di gerbang tol Bali Mandara siap menyambut kedatangan para delegasi KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022. Foto diambil sepekan sebelum KTT G20. 

Diperkirakan kegiatan-kegiatan G20 memberikan kontribusi mencapai 533 juta dolar AS
atau sekitar Rp 7,5 triliun terhadap PDB Indonesia pada 2022. Sebagian besar manfaat
itu akan berputar ke Bali.

“Kita tahu pandemi kemarin Bali paling menderita. Sekarang saya berharap ini bisa mengobati luka yang begitu dalam di Bali selama dua tahun lalu,” katanya.

Konsumsi domestik yang didorong oleh rangkaian forum G20 ini diperkirakan
naik sampai Rp 1,7 triliun dan membangkitkan penyerapan tenaga kerja hingga lebih 33
ribu orang. Terutama pada sektor transportasi, akomodasi, MICE, dan UMKM.

“KTT G20 akan melibatkan lebih dari atau sekitar 3.443 delegasi resmi dan 17 kepala
negara serta para pemangku kepentingan yang lain dan tim supporting delegasi. Juga
para pebisnis, kalangan LSM, perwakilan lembaga internasional, jurnalis, pengamat,
dan lain-lain yang jumlahnya secara keseluruhan lebih dari 12.750 orang,” jelas Luhut.

“Presidensi G20 menjadi momentum bersejarah bagi Indonesia yang baru akan digelar
lagi di negara ini 20 tahun lagi. Jadi, anda yang berada di sini akan menyaksikan
kembali Presidensi G20 Indonesia 20 tahun. Itu kalau masih ada umur,” ucap Luhut.

Karena situasi geopolitik dunia sedang tidak kondusif, terutama akibat perang Rusia-
Ukraina dengan rentetan dampaknya termasuk perkiraan resesi ekonomi global, ada
kekhawatiran KTT G20 tidak akan menghasilkan komunike (pernyataan) bersama dari
para pemimpin yang hadir.

Apalagi, dalam KTT G20 Bali kali ini, tidak lengkap seluruh 20 pemimpin negara G20
hadir. Ada 17 kepala negara dari anggota G20 yang dipastikan hadir, dan ada 3 kepala
negara yang tidak bisa hadir.

Terhadap kekhawatiran itu, Menko Luhut selaku Ketua Bidang Penyelenggaraan KTT
G20 mengakui dunia saat ini dihadapkan pada situasi yang rumit dan kompleks.
Bahkan, kata Luhut, belum pernah dalam sejarah G20, situasi dunia begitu kompleks
seperti sekarang ini.

Jika dihadapkan pada keadaan dunia yang rentan ini pada akhirnya KTT G20 Bali tidak
menghasilkan komunike bersama para pemimpin G20 atau Leaders` Communique,
bagi Luhut itu tidak masalah.

Sebab, ungkap Luhut, dari sekian pertemuan termasuk side event (kegiatan sampingan) terkait G20 selama masa presidensi dipegang Indonesia, banyak hal yang dihasilkan.

Luhut menyebut ada 361 hasil dari rangkaian kegiatan G20 di Indonesia, yang nilainya
dari sisi ekonomi mencapai miliaran dolar AS atau triliunan rupiah.

“Itu dari aneka macam bidang seperti kesehatan, dekarbonisasi dan masih banyak lagi lainnya."

Misalnya juga berhasil membangun kerjasama dalam restorasi mangrove. Jadi saya
melihat Leaders` Communique memang penting tetapi yang lebih penting lagi adalah
hal-hal yang konkret yang bisa kita lihat hasilnya dari pertemuan negara-negara
anggota G20 itu,” kata Luhut.

Luhut juga mengatakan, selain Presiden Rusia Vladimir Putin, dua kepala negara
lainnya yakni Presiden Brasil dan Meksiko juga tidak bisa hadir secara langsung ke
KTT G20 Bali.

Batalnya kehadiran dua presiden dari dua negara anggota G20 dari kawasan Amerika Latin ini, karena sejumlah alasan.

Brasil, jelas Luhut, baru saja mengadakan Pemilu pada akhir Oktober lalu dan hasilnya
sudah diketahui. Berdasarkan pemberitaan, Lula da Silva terpilih sebagai pemenang
Pemilu dan akan menjadi Presiden Brasil berikutnya yang akan dilantik pada 1 Januari
2023.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved