Survei LSI: Persepsi Masyarakat Terhadap Ekonomi DKI Jakarta Lebih Positif Dibanding Nasional
Kondisi perekonomian di Jakarta dalam lima tahun belakangan ini dinilai positif dibandingkan dengan kondisi secara nasional.
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persepsi masyarakat terhadap kondisi perekonomian di Jakarta dalam lima tahun belakangan ini dinilai positif dibandingkan dengan kondisi secara nasional.
Hal itu sebagaimana hasil survei terbaru dari Lembaga Survei Indonesia (LSI).
"Untuk sektor ekonomi ini, di Jakarta kalau dibandingkan secara nasional itu sedikit lebih baik dibanding tingkat nasional, kalau ditingkat nasional kan yang dominan yang persepsi negatif," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat menyampaikan hasil surveinya nya secara daring, Jumat (21/10/2022).
Adapun dalam hasil temuan LSI, jumlah masyarakat yang menilai positif terhadap kondisi perekonomian di Indonesia berbanding tipis dengan yang menilai negatif.
Angkanya sendiri untuk yang menilai positif itu berada di angka 35,2 persen sedangkan yang negatif di angka 27,3 persen.
Baca juga: Survei LSI: Mayoritas Warga Jakarta Nilai Positif Kinerja Pemerintah DKI di Bawah Anies-Riza Patria
"Kalau di sini persepsi negatifnya ada di angka 27,3 persen (1,5 persen sangat buruk, 25,8 buruk) persepsi positifnya itu 35,2 persen (34 persen baik , 1,2 persen sangat baik)," kata dia.
Meski hanya berbanding tipis, jika dikaitkan dengan kondisi perekonomian secara nasional di lima tahun terakhir, kondisi di Jakarta dikatakan Djayadi lebih positif.
Hanya saja Djayadi tidak menjelaskan secara gamblang angka kondisi perekonomian secara nasional dalam lima tahun ini.
"Kalau kita bandingkan dengan tingkat nasional itu yang dominan yang negatif jadi di Jakarta ada kondisi positif yang sedikit lebih baik dibanding tingkat nasional," kata dia.
Tak hanya itu, dalam survei ini dominan masyarakat DKI Jakarta juga menilai positif pelaksanaan Pemprov DKI Jakarta selama lima tahun belakangan.
Baca juga: Ketua Umum Bilang Anies Tidak Diundang pada Puncak HUT ke-58 Golkar, Waketum Bilang Diundang
"Terkait kondisi pelaksanaan pemerintah DKI Jakarta secara umum mayoritas masyarakat menilai kondisinya baik, ada 57,8 persen menyatakan kondisi pemerintahan itu baik," kata Djayadi saat menyampaikan hasil temuannya secara daring, Jumat (21/10/2022).
Sebaliknya, kata dia, hanya ada sekitar 15 persen masyarakat DKI Jakarta yang menyatakan kalau kondisi pemerintahan DKI Jakarta itu buruk atau sangat buruk.
Namun dalam hasil LSI, jika jumlah penilaian baik dan buruk itu dikurangi hasilnya masih menunjukan penilaian yang positif untuk kinerja pemerintahan Anies Baswedan dan Riza Patria.
"Jadi kondisi pemerintahan secara umum dinilai positif oleh masyarakat DKI Jakarta menjelang berakhirnya Anies Baswedan di DKI Jakarta," ucap Djayadi.
Sementara untuk kondisi Politik di DKI Jakarta, dominan masyarakat ibu kota dalam temuan LSI cenderung stagnan dalam menilai perpolitikan.
Akan tetapi, jumlah masyarakat yang menilai positif cenderung masih lebih banyak dibandingkan dengan yang menilai buruk.
Baca juga: Pengamat Sebut Saat Ini AHY Sosok Paling Kuat Jadi Wakil Presiden, Dampingi Anies Baswedan di 2024
"Yang menilai kondisi politik itu baik atau sangat baik ada diangka 43,2 persen (38,3 persen baik, 2,9 persen sangat baik) sedangkan yang menilai buruk itu diangka 18,8 persen (1,7 persen sangat buruk, 17,7 baik)," katanya.
Denga begitu, jika dikurangkan antara nilai baik dengan buruk itu masih didapati hasil yang positif perihal kondisi politik di DKI Jakarta.
"Jadi kondisi politik juga dinilai positif meskipun tingkat kepositifannya lebih rendah dibanding kondisi umum pemerintahan," tukas Djayadi.
Sebagai informasi, Survei ini dilakukan pada 8-14 Oktober 2022 dengan populasi survei merupakan seluruh warga Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang punya hak pilih daalm pemilu yaitu mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Adapun jumlah sampelnya sebanyak 610 orang diambil dengan menggunakan metode multistage dengan toleransi kesalahan (margin of error) kurang lebih 4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.
Mekanisme wawancara yang dipilih yakni tatap muka yang dilakukan oleh pewawancara yang telah dilatih terhadap responden terpilih.