Rantai Komando Militer Soeharto, Penumpasan G30S dan Simpatisannya di Indonesia
Rantai Komando Militer Soeharto, penumpasan G30S dan simpatisannya di Indonesia. Setelah gugurnya Ahmad Yani, Soeharto mengambilalih komando AD.
Para pimpinan militer menggunakan KOTI, Kolaga dan komando daerah, di bawah kepemimpinan Mokoginta di seluruh Sumatera.
Militer memerintahkan warga sipil untuk berpartisipasi dalam kampanye militer mulai 4 Oktober 1965.
Penumpasan G30S di Sumatera dimulai pada tanggal 7 Oktober 1965.
Soeharto kemudian mendirikan “Ruang Perang” di Aceh pada 14 Oktober 1965.
2. Jawa dan Bali
Militer mengoordinasikan serangannya melalui komando Kostrad dan RPKAD untuk wilayah Jawa dan Bali.
Wilayah Jawa dianggap telah didominasi oleh simpatisan G30S.
Satu-satunya tempat di mana komando militer lokal keluar untuk mendukung G30S secara nasional adalah di Jawa Tengah.
Perintah-perintah militer ini beroperasi sangat aktif dan kompak secara alami.
Mereka juga mampu beroperasi secara independen dari komando Kodam setempat.
Kostrad pertama kali digunakan untuk melakukan penumpasan G30S di Ibu Kota, sebelum dikirim ke Jawa Tengah pada 18 Oktober 1965.
Pada bulan Desember 1965, RPKAD pindah ke Bali.

Baca juga: Sejarah Singkat Peristiwa G30S Hingga saat Dipimpin Letkol Untung
3. Kalimantan dan Indonesia Timur
Militer memiliki komando Mandala sendiri di Kalimantan.
Komando Mandala ini di bawah komando KOTI dan Kolaga, seperti yang terjadi di Sumatera.
Namun, meskipun komando Mandala II, di bawah Mayor Jenderal Maraden Panggabean, memiliki potensi operasional yang sama dengan Mandala I.
Penumpasan G30S dimulai di Kalimantan hingga Oktober 1967.
Sementara penumpasan di Indonesia Timur dimulai sejak Desember 1965.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait G30S