Sabtu, 4 Oktober 2025

Profil dan Sosok

Profil AH Nasution, Jenderal yang Selamat dari Peristiwa G30S

Inilah profil AH Nasution, sosok jenderal yang selamat dari Gerakan 30 September (G30S).

Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Sri Juliati
Kompas.com
Inilah profil AH Nasution, sosok jenderal yang selamat dari Gerakan 30 September (G30S). 

TRIBUNNEWS.COM - Simak profil AH Nasution, sosok jenderal yang selamat dari Gerakan 30 September (G30S).

AH Nasution menjadi sosok jenderal yang selamat dari peristiwa memilukan bagi bangsa Indonesia tersebut.

AH Nasution selamat berkat sang istri, Johanna Suniarti.

Diketahui, G30S merupakan peristiwa memilukan bagi bangsa Indonesia yang terjadi pada malam 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965.

Peristiwa G30S menyasar para jenderal TNI untuk dibawa ke Lubang Buaya.

Sebanyak tujuh perwira yang terdiri dari enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD menjadi korban peristiwa G30S.

Baca juga: Jadwal Tayang Film G30S PKI di TV Nasional Mulai Kamis, 29 September 2022, Ada MNCTV hingga NET TV

Mereka diculik, lalu disiksa, dan jenazahnya dimasukkan ke sumur yang terletak di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Namun, ada salah satu jenderal yang selamat dari kekjian para anggota G30S PKI saat itu, yakni AH Nasution.

Lantas, siapa sosok AH Nasution?

AH Nasution merupakan pahlawan Nasional Indonesia yang pernah menjadi Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) di tahun 1948.

AH Nasution yang memiliki nama komplit Abdul Haris Nasution ini lahir di Hutapangkut, Kotanopan, Tapanuli, Sumatera Utara, pada 3 Desember 1918.

AH Nasution merupakan anak kedua dari pasangan H Abdul Halim Nasution dan Hj Zaharah Lubis.

Ayahnya merupakan anggota dari Sarekat Islam sekaligus pedagang tekstil, karet, dan kopi.

Dilansir laman unkris.ac.id, ayahnya menginginkan AH Nasution bersekolah di keagamaan, sedangnya ibunya menginginkan sang anak bersekolah kedokteran.

Baca juga: 30 Link Twibbon G30S, Lengkap Cara Buat dan Bagikan di Media Sosial untuk Kenang Peristiwanya

Namun saat selesai bersekolah, AH Nasution mendapatkan beasiswa untuk belajar mengajar di Sekolah Raja Bukittinggi pada tahun 1932.

Berselang tiga tahun tepatnya 1935, AH Nasution pindah ke Bandung untuk melanjutkan studinya.

Keinginan Nasution untuk menjadi guru kelamaan pudar. Ia tertarik menjadi prajurit untuk mengabdi negara.

Setelah lulus pada 1937, Nasution pun tetap menjadi guru dan sempat mengajar di Bengkulu dan Palembang.

Kehidupan di Militer

AH Nasution mulai bergabung di militer pada 1940. 

Berkat keahliannya saat mengikuti pelatihan militer, Nasution mendapat pangkat kopral kemudian naik menjadi sersan.

Selain itu, Nasution naik pangkat menjadi perwira di Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang disebut KNIL.

Baca juga: Rantai Komando Militer Soeharto, Penumpasan G30S dan Simpatisannya di Indonesia

Dikutip dari tni.mil.id, Nasution menjabat sebagai kepala Staf Komandemen I/Jawa Barat dan merangkap menjadi Komandan Divisi I pada 11 Oktober 1945.

Di tahun yang sama, ia menjadi Panglima III Tentara Republik Indonesia (TRI).

Nasution juga pernah menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 21 Juni 1966 hingga 1972.

Deretan jabatan AH Nasution 

  • Kepala Staf Komandemen I/Jawa Barat, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) (1945);
  • Komandan Divisi I/Jawa Barat (1945);
  • Panglima Divisi III Tentara Republik Indonesia (TRI) (1945);
  • Panglima Divisi I/SIliwangi (1946);
  • Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Mobil (1948) ;
  • Wakil Panglima Besar Angkatan Perang/Kepala Staf Operatif, Markas Besar Angkatan Perang (1948);

Baca juga: LINK Live Streaming Film G30S PKI, Lengkap dengan Jadwal Tayang dan Sinopsis

  • Panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD) Yogyakarta (1948);
  • Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD) (1948);
  • Kepala Staf A.D. (KSAD) (1949 - 1962);
  • Menteri Keamanan Pertahanan (1959);
  • Menteri Keamanan Nasional (1960);
  • Wakil Panglima Besar (1961);
  • Wakil Menteri Pertama/Koordinator bidang Pertahanan-Keamanan (1962);
  • Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan (1963);
  • Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan (1964);
  • Wakil Panglima Besar Komando Operasi Tertinggi (Koti)/Kepala Staf Angkatan Bersenjata R.I (1966);
  • Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) (1966).

(Tribunnews.com/Pondra Puger)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved