Kamis, 2 Oktober 2025

Meski Terbatas, Kaum Difabel Punya Kesempatan yang Sama untuk Mandiri secara Finansial

terkadang kaum ini pun termarjinalkan dan terpaksa membentuk komunitas sendiri, lalu menuangkan ide kreatif mereka dalam komunitas tersebut.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
Kaum difabel juga memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan dan penghasilan, termasuk di bidang kuliner seperti toko kue dan roti Fingertalk yang melibatkan para tunarungu (tuli) sebagai karyawan (Fingertalk). 

Kendati sempat terpuruk, asa untuk kembali memulai bisnis kuliner itu pun tetap ada.

Karena memasuki tahun 2022, Lisma dan timnya memperoleh bantuan dari PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (PLN UIP JBB) melalui program PLN Peduli atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).

Ia dan komunitas tunarungu yang terlibat dalam bisnis kuliner itu pun kembali membangun harapan mereka terkait keberlanjutan Fingertalk.

"Waktu PLN UIP JBB datang untuk survei, kami sungguh senang sekali, seperti punya harapan baru. Terlebih untuk teman-teman tuli yang kehilangan kesibukan dan pekerjaan sejak pandemi," tegas Lisma.

Bantuan dari PLN UIP JBB ini kemudian dialokasikan untuk menghidupkan kembali toko kue yang sempat mati suri itu.

Lisma dan timnya kemudian kembali mengundang dan mengajak teman-teman tunarungu untuk kembali bergabung.

Kali ini mereka turut mendapatkan pelatihan keahlian dan keterampilan, mulai dari cara membuat berbagai macam varian roti dan snack, juga mengenai bagaimana cara berjualan yang baik.

Dana bantuan tersebut juga digunakan untuk melakukan renovasi toko agar terlihat lebih representatif dan memberikan kenyamanan bagi konsumen yang berkunjung.

Lalu pada 23 Juli lalu, mereka pun akhirnya mulai berjualan untuk kali pertama setelah sempat menutup tokonya.

Kaum tunarungu yang terlibat pun tampak semangat memajang produknya di depan toko, sambil terus berusaha untuk menarik perhatian calon pembeli.

Beruntungnya, upaya mereka pun membuahkan hasil karena banyak pembeli yang tertarik untuk mengunjungi toko mereka dan membeli produk yang ditawarkan.

Namun di tengah antusiasme itu, Lisma pun tetap harus mengingatkan komunitas ini agar tetap tenang dalam melayani para pembeli.

"Orang difabel sering sangat minim rasa percaya diri, karena tidak banyak bergaul secara luas. Jadi ketika banyak pembeli datang, mereka panik sehingga tampak tidak tenang," papar Lisma.

Ia pun berkali-kali menggerakkan tangan kanan di atas punggung tangan kirinya sebagai bahasa isyarat yang berarti 'pelan-pelan' agar mereka tetap tenang.

"Setelah beberapa hari akhirnya membaik, semoga dengan pembiasaan dapat semakin prima dalam melayani," tutur Lisma.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved