Survei SMRC Sebut Tingkat Toleransi Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali mengeluarkan hasil survei terbarunya.
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali mengeluarkan hasil survei terbarunya.
Kali ini survei yang dikeluarkan SMRC bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia'.
Dalam temuannya, SMRC mendapati kalau secara umum tingkat toleransi masyarakat Indonesia masih rendah.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani menyatakan, dalam presentasinya secara umum tingkat toleransi publik dalam berada di angka 49,1 dari skala 0 hingga 100.
Baca juga: Survei SMRC Terbaru: Hanya 64,6 % Publik yang Bisa Menyebutkan Semua Sila Pancasila Secara Benar
Saiful menjelaskan bahwa dalam penelitian ini toleransi diukur dalam tiga wilayah yang menjadi hak setiap warga negara yakni tempat tinggal, menjadi guru di sekolah negeri dan menjadi pejabat pemerintah.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa yang paling tidak ditoleransi adalah Komunis, kemudian ISIS, selanjutnya LGBT, dan kemudian ateis," ucap Saiful saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Rabu (1/6/2022).
Sedangkan yang paling ditoleransi adalah orang Islam, orang Papua, orang Kristen atau Katolik.
Dalam hal tempat tinggal kata Saiful, ada 77 persen warga yang menyatakan keberatan jika ada warga yang berlatar belakang komunis atau PKI menjadi tetangga mereka.
"Yang keberatan pada ISIS sebesar 72 persen, LGBT 68 persen, ateis 57 persen, dan Yahudi 51 persen," ucap Saiful.
Baca juga: SMRC: Dunia Islam Cenderung Negatif terhadap Demokrasi, Tapi Tidak di Indonesia
Sementara intoleransi untuk menjadi guru di sekolah negeri, tertinggi pada orang yang berlatar belakang komunis atau PKI (81 persen).
Kemudian LGBT sebesar 77 persen, ISIS sebesar 77 persen, ateis sebesar 67 persen, dan Yahudi 57 persen.
Selanjutnya, dalam hal menjadi pejabat pemerintah, keberatan warga terbesar pada orang yang berlatar belakang komunis sebesar 83 persen.
Kemudian berlatar belakang ISIS sebesar 78 persen, LGBT 78 persen, ateis sebesar 71 persen, dan Yahudi sebesar 51 persen.
Saiful menjelaskan, jika melihat tingkat toleransi secara umum yang rendah ini, dirinya menyimpulkan bahwa basis sosial dan kultural bagi demokrasi Indonesia lemah.
"Mungkin Indonesia sulit memajukan demokrasinya hingga melewati batas demokrasi elektoral karena sebagian warganya tidak toleran, tidak menerima kesamaan hak-hak warganya karena beda identitas sosial, keyakinan, atau pandangan politiknya," tukas Saiful.
Sebagai informasi, survei ini dilakukan oleh SMRC pada rentang waktu 10-17 Mei 2022.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.
Response rate atau responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1060 atau 87 % .
Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar kurang lebih 3,07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Adapun untuk quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.