Sabtu, 4 Oktober 2025

Gelombang Aksi Mahasiswa Silih Berganti, Prodewa Ingatkan Agar Tetap Independen

Direktur Eksekutif Nasional Progressive Democracy Watch (Prodewa), Fauzan Irvan, meminta aktivis mahasiswa menyiapkan infrastruktur ekonomi yang kuat

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), melakukan unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2022). Mereka menyuarakan kelangkaan minyak goreng di pasaran akhir-akhir ini serta harganya sangat melambung tinggi. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelombang aksi mahasiswa terjadi di berbagai daerah di Indonesia setidaknya selama beberapa pekan terakhir mulai Senin 11 April 2022.

Ada sejumlah tuntutan yang disuarakan. Salah satu di antaranya menurunkan harga kebutuhan pokok dan mengatasi ketimpangan ekonomi.

Direktur Eksekutif Nasional Progressive Democracy Watch (Prodewa), Fauzan Irvan, meminta aktivis mahasiswa menyiapkan infrastruktur ekonomi yang kuat.

"Sehingga memiliki independensi dalam bersikap dan bergerak," kata dia, dalam keterangannya, pada Sabtu (23/4/2022).

Sementara itu, untuk para pejabat di Indonesia, dia meminta agar mendengarkan tuntutan para mahasiswa.

Dia mencontohkan Menteri Investasi Republik Indonesia, Bahlil Lahadalia yang mau turun dan diskusi langsung dengan aktivis mahasiswa.

"Jarang sekali ada menteri yang berani diskusi dengan aktivis mahasiswa dengan waktu lama dan secara egaliter, tidak ada jarak antara pejabat dan rakyatnya," kata dia.

Baca juga: Massa Demo 21 April di Patung Kuda Mulai Bubarkan Diri: Terima Kasih Sudah Menyepelekan Kami!

Sementara itu, Bahlil Lahadalia menceritakan pengalaman hidup sejak menjadi aktivis mahasiswa hingga menjadi Menteri Investasi Republik Indonesia.

Sejak dulu, dia mengaku, hidupnya susah karena orang tua bukan dari latar belakang keluarga konglomerat atau pejabat.

Namun, kata dia, karena ikut organisasi menjadi aktivis sehingga terbuka pintu kesuksesan.

Sebab, di organisasi diajarkan kekuatan mental dan leadership.

"Kalau saya tidak menjadi aktivis dulu, saya mungkin tidak bisa sampai di sini," ujarnya.

Sebagai aktivis, kata dia,  harus terus bergerak dan kritis terhadap persoalan di negara ini.

"Saya sebagai senior di gerakan mahasiswa, tidak pernah melarang mahasiswa untuk demonstrasi, tetapi saya berpesan agar demo harus betul-betul substansif dan jangan pernah mau dimanfaatkan kepentingan kelompok tertentu," tambahnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved