Reshuffle Kabinet
Jejak Marah Jokowi dan Perombakan Kabinet, akankah Ada Menteri yang Dicopot Lagi?
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memperlihatkan kemarahannya atas kinerja para menterinya di ruang publik.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memperlihatkan kemarahannya atas kinerja para menterinya di ruang publik.
Jokowi marah di tengah isu perombakan kabinet atau reshuffle yang kembali berembus.
Pertengahan 2020 lalu, Jokowi juga pernah marah besar.
Enam bulan kemudian, mantan Wali Kota Solo itu benar-benar melakukan reshuffle kabinet.
Menteri yang pernah kena marah pun diganti.
Akankah kemarahan Jokowi kali ini juga akan berujung pada reshuffle?
Dihimpun Tribunnews.com, Jumat (25/3/2022), berikut catatan terkait kemarahan Jokowi dan reshuffle kabinet:
1. Marah karena menteri dianggap tak punya rasa krisis
Pada 18 Juni 2020 silam, Jokowi pernah marah besar terhadap para menterinya dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara Jakarta.
Waktu itu, Jokowi marah karena para menteri dianggap masih bersikap biasa saja di masa krisis akibat Pandemi Covid-19.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis!" ujar Jokowi dengan nada tinggi, sebagaimana dikutip dari YouTube Sekretariat Kabinet.
Baca juga: Berjumpa di Joyland Bali, Raisa Andriana Sampaikan Keluh Kesah Musisi ke Jokowi
Jokowi kemudian menyoroti lambatnya pencairan di sejumlah kementerian.
Di antaranya, Jokowi menyebutkan anggaran di Kementerian Kesehatan yang sudah dianggarkan sekitar Rp 75 triliun baru cair sebesar 1,53 persen.
Jokowi juga menyinggung penyaluran bansos yang masih belum optimal 100 persen di saat masyarakat menunggu bantuan tersebut.
Dengan nada tinggi, ia kembali mengingatkan para menteri bahwa mereka harus bekerja ekstra keras di masa krisis untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Lah kalau saya lihat Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara masih melihat ini sebagai masih normal, berbahaya sekali," kata Jokowi.
Kala itu, Menteri Kesehatan dijabat oleh Terawan Agus Putranto dan Menteri Sosial dijabat Juliari Batubara.
2. Jokowi lakukan resfuffle kabinet
Setelah marah atas kinerja menterinya, enam bulan kemudian, tepatnya pada Selasa, 22 Desember 2020, Jokowi benar-benar melakukan reshuffle kabinet.
Jokowi menunjuk enam menteri baru.

Enam menteri baru itu yakni:
- Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto;
- Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama Kusubandio;
- Wahyu Sakti Trenggono sebagai Menteri Keluatan dan Perikanan menggantikan Edhi Prabowo;
- Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi;
- Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara;
- Muhammad Luthfi sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Agus Suparmanto.
Khusus Edhi dan Juliari, mereka digantikan karena sebelumnya ditangkap oleh KPK.
3. Jokowi kembali marah soal impor
Kali ini, Jokowi kembali marah atas kinerja menterinya.
Jokowi marah terkait banyaknya barang impor dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan kementerian, pemerintah daerah, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Di depan para menteri, kepala lembaga, kepala daerah, pejabat BUMN, dan pejabat lainnya Jokowi mengatakan barang-barang impor tersebut sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri. Namun, tetap saja diimpor.
"Coba CCTV beli impor, di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini," tegas Jokowi saat memberikan Pengarahan Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat, (25/3/2022).
"Dipikir kita bukan negara yang maju buat CCTV saja beli impor," kata Jokowi.
Bahkan kata Presiden, seragam dan sepatu tentara/polisi saja didatangkan dari luar negeri.
Padahal produk tersebut, lanjut Kepala Negara, sangat bisa dibuat di dalam negeri.
"Selain itu, alat kesehatan, nih pak Menkes, tempat tidur untuk rumah sakit, produksi saya lihat di Yogya ada, Bekasi, Tangerang. Ada (malah) beli impor," katanya.
Belum lagi alat pertanian, seperti traktor yang didatangkan dari luar negeri.
Padahal traktor tersebut tidak high technology.
Presiden bahkan mencontohkan traktor yang digunakan untuk menanam jagung di Atambua, Kamis (24/3/2022) kemarin.
"Alsintan, Pak Mentan (Menteri Pertanian). Apa traktor-traktor kaya gitu bukan high tech aja impor, jengkel saya."
"Saya kemarin dari Atambua menanam jagung, saya lihat traktor, Alsintan, saya lihat aduh, gak boleh pak menteri, gak boleh."
"Pensil, kertas, saya cek, impor, pulpen, ini apa ini," kata Jokowi.
Baca juga: Aksi Bela Islam 2503 Diwarnai Kericuhan, Massa Injak Poster Bergambar Wajah Presiden Jokowi
Presiden meminta Kementerian, Pemda, dan BUMN untuk membeli produk dalam negeri.
Jokowi juga meminta 40 persen dari anggaran pengadaan barang dan jasa yang ada di masing-masing lembaga atau institusi digunakan untuk membeli produk UMKM dalam negeri.
"Kita hanya minta 40 persen dulu, targetnya enggak banyak- banyak saja sampai Mei," kata Presiden.
Ia menegaskan dengan membeli barang impor, Indonesia malah memberikan pekerjaan ke negara lain.
Sementara apabila dibelikan produk dalam negeri atau UMKM maka uang akan berputar di dalam negeri.
"Coba kita belokkan semuanya ke sini, barang yang kita beli, barang dalam negeri berarti akan ada investasi."
"Itu berarti membuka lapangan pekerjaan tadi sudah dihitung, bisa membuka 2 juta lapangan pekerjaan, kalau ini tidak dilakukan sekali lagi bodoh banget kita ini," ujarnya.
4. Akankah diikuti dengan reshuffle kabinet?
Akankah kemarahan Jokowi kali ini bakal diikuti dengan perombakan kabinet?
Hingga saat ini belum ada kepastian.
Sementara itu, Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menilai ancaman reshuffle yang dikatakan Presiden Joko Widodo terkesan hanya seperti menggertak sementara saja.
Dia berpandangan begitu karena sampai hari ini, ketika santer isu reshuffle kabinet terus berembus, Presiden Jokowi tetap tak melakukan perombakan kabinet.
"Saya tak terlalu percaya reshuffle Jokowi, memang antara omongan dan tindakan berbeda. Ada beberapa momen beliau menggertak akan mereshuffle justru sebaliknya tak dilakukan," kata Jerry saat dihubungi Tribunnews, Jumat (25/3/2022).
Dia menyayangkan hal itu karena memang selama ini ada sejumlah menteri yang kinerjanya lemah.
"Tapi, Jokowi tetap mempertahankan, strong leadership Jokowi juga jadi agak lemah. Coba dia berani, tegas dan keras dan jangan mau di atur saya kira dia akhir masa jabatannya akan meninggalkan legacy yang baik," tambahnya.
Baca juga: Relawan Sebut Jokowi akan Lakukan Reshuffle Kabinet di Bulan Ramadan
Padahal, dikatakan Jerry, desakan publik sampai para ahli terus bermunculan agar Presiden Jokowi mencopot menteri yang gagal.
"Kalau yang pertama dicopot mungkin Mendag Muhammad Lufti, lalu Luhut Binsar Panjaitan," kata dia.
Bahkan, lanjut Jerry, Erick Thohir juga bisa dipertimbangkan untuk dicopot lantaran belum mampu membawa BUMN untung.
"Malah PLN rugi besar dan utang sampai Febuari 2022 yakni Rp400-an triliun dan Garuda Rp198 triliun. Tapi jagonya hanya pencitraan pilpres," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Daryono/Reza Deni/Taufik Ismail)