Fenomena Bulan Hitam di Indonesia Terjadi Mei 2022, Amerika Terjadi Lebih Awal, Mengapa Berbeda?
Fenomena Bulan Hitam di Indonesia terjadi Mei 2022, Amerika terjadi lebih awal. Ada 4 definisi Bulan Hitam menurut LAPAN, simak penjelasan berikut ini
TRIBUNNEWS.COM - Fenomena bulan hitam dapat dilihat di sebagian belahan Bumi Asia dan Eropa, termasuk Indonesia.
Fenomena tersebut dapat diamati sesuai zona waktu tiap tempat, sehingga penampakan bulan hitam akan berbeda-beda.
Selain itu, jatuhnya fase bulan baru untuk setiap lunasi juga berbeda-beda.
Sehingga, ada wilayah yang mengalami bulan hitam tripel, ada wilayah yang mengalami bulan hitam ganda dan ada wilayah yang hanya mengalami bulan hitam sekali saja.
Amerika dan Kanada bagian tengah hingga Eropa bagian tengah (zona waktu UT+3) akan mengalami "Bulan Hitam" di akhir bulan April 2022.
Hal itu dikarenakan fase bulan baru kelima di tahun 2022 akan terjadi pada awal Mei.
Sementara Eropa bagian Timur, Indonesia, hingga Kep. Line akan terjadi pada fase bulan baru keenam pada 30 Mei 2022 pukul 11.30 UT.
Wilayah tersebut akan mengalami "Bulan Hitam" di penghujung Mei 2022.
Baca juga: Apa Itu Moon Phase? Fenomena Astronomi saat Sudut Matahari, Bumi, dan Bulan Berubah
Apa itu Bulan Hitam?
Dikutip dari laman LAPAN, bulan hitam secara kasat mata memang tidak dapat dilihat, hal ini karena konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari yang terlihat pada satu garis lurus jika diamati dari atas kutub, sehingga permukaan bulan yang menghadap Bumi tidak terkena cahaya Matahari dan Bulan tampak gelap.
Setiap 2 hingga 5 kali dalam setahun, konfigurasi ini bertepatan dengan ketika Bulan berada di titik simpul orbit (perpotongan ekliptika dan orbit Bulan) sehingga bayangan Bulan jatuh ke permukaan Bumi dan mengakibatkan Gerhana Matahari.
Bulan Hitam (sebagai bulan baru kedua dalam bulan Masehi) sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2016 dan 30 Agustus 2019.
Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027 mendatang.
Sebagaimana fase Bulan Baru pada umumnya, Bulan Hitam dapat mengakibatkan naiknya pasang laut dibandingkan hari-hari lainnya ketika konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari tidak segaris (jika diamati dari atas kutub).
Masyarakat diimbau agar tidak melaut saat air laut sedang pasang.
Baca juga: Mengenal Fenomena Ekuiluks: Durasi Panjang Siang dan Malam yang Sama di 39 Daerah di Indonesia
Baca juga: Mengenal Aphelion, Fenomena Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari, Apa Dampaknya?
Empat definisi "Bulan Hitam" yang berbeda-beda:

1. Fase Bulan Baru yang kedua dalam satu bulan Masehi
Fenomena ini cukup sering terjadi karena berlangsung periodik dengan periode 29 bulan.
Hal ini disebabkan umur bulan Masehi selain Februari (30 atau 31 hari) lebih panjang dibandingkan dengan durasi siklus Sinodis Bulan (disebut juga Lunasi, yakni 29,53 hari) dan bulan baru pertama di dalam bulan Masehi jatuh di awal bulan, sehingga bulan baru kedua jatuh di penghujung bulan Masehi.
2. Fase Bulan Baru ketiga dalam satu musim astronomis (dari ekuinoks ke solstis maupun solstis ke ekuinoks)
Fase bulan baru ketiga dalam satu musim astronomis yang mengandung empat fase bulan baru terjadi setiap 33 bulan.
Hal ini disebabkan oleh durasi musim astronomis (89 dan 93 hari) lebih panjang dibandingkan dengan interval Bulan Baru pertama hingga keempat (3 × 29,53 ≈ 88,6 hari).
Selain itu, Bulan Baru pertama di dalam musim astronomis jatuh pada awal musim, sehingga Bulan Baru keempat jatuh pada akhir musim.
3. Tidak terdapat fase Bulan Baru di bulan Februari
Hal ini dikarenakan umur bulan Februari dalam tahun basit (28 hari) lebih pendek dibandingkan dengan durasi siklus sinodis Bulan (atau disebut juga lunasi, yakni 29,53 hari).
Fenomena ini terjadi setiap 19 tahun sekali, sesuai dengan siklus metonik ketika fase Bulan Baru bertepatan dengan tanggal Masehi yang sama.
4. Tidak terdapat fase Bulan Purnama di bulan Februari
Hal ini dikarenakan umur bulan Februari dalam tahun basit (28 hari) maupun tahun kabisat (29 hari) lebih pendek dibandingkan dengan durasi siklus sinodis Bulan (atau disebut juga lunasi, yakni 29,53 hari).
Fenomena ini terjadi setiap 19 tahun sekali, sesuai dengan siklus metonik ketika fase Bulan Purnama bertepatan dengan tanggal Masehi yang sama.
Untuk melihat daftar wilayah dan jadwalnya klik di sini.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Fenomena Astronomis