Jumat, 3 Oktober 2025

Fenomena Astronomi Pekan ke-2 Desember: Puncak Hujan Meteor Monocerotid dapat Disaksikan Malam Ini

Fenomena Astronomi Pekan ke-2 Desember: Puncak Hujan Meteor Monocerotid dapat disaksikan malam ini mulai pukul 19.40 hingga fajar dari Timur ke Barat.

Editor: Daryono
LAPAN
Ilustrasi hujan meteor - Fenomena Astronomi Pekan ke-2 Desember: Puncak Hujan Meteor Monocerotid dapat disaksikan malam ini mulai pukul 19.40 hingga fajar dari Timur ke Barat. 

Semakin besar skalanya, maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.

2. Puncak Hujan Meteor Chi-Orionid (10-11 Desember)

Puncak Hujan Meteor Chi-Orionid
Puncak Hujan Meteor Chi-Orionid (Edukasi Sains Antariksa LAPAN)

Chi-Orionid adalah hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat bintang Chi-Orionis konstelasi Orion.

Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit Matahari dengan periode 3,35 tahun.

Hujan meteor Chi-Orionid dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenam Matahari) waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur hingga Barat.

Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia mencapai 2,5-2,9 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote).

Hal ini karena titik radiannya berkulminasi pada ketinggian 59°-76° di arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.

Fenomena ini dapat disaksikan jika cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang.

Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100% minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.

Skala Bortle adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya.

Semakin besar skalanya, maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.

Intensitas hujan meteor ini diperkirakan sedikit berkurang, karena Bulan akan berada di sekitar zenit saat titik radian sedang terbit.

Baca juga: Kaleidoskop 2021 - Fenomena Astronomi: Gerhana Bulan Total, Hujan Meteor Orionid, Nadir Kabah

3. Fase Bulan Perbani Awal (11 Desember)

Fase Bulan Perbani Awal
Fase Bulan Perbani Awal (Edukasi Sains Antariksa LAPAN)

Fase perbani awal adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90°) dan terjadi sebelum fase Bulan purnama.

Puncak fase perbani awal terjadi pada pukul 08.35.33 WIB / 09.35.33 WITA / 10.35.33 WIT.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved