Pandangan Geopolitik Soekarno Membangun Perdamaian Dunia, Berbasis Prinsip Menolak Penjajahan
pandangan geopolitik Soekarno yang mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mengambil jalan berbeda dengan pandangan geopolitik Amerika Serikat (AS) dan
Intisari dari pandangan geopolitik serta politik bebas aktif Indonesia dan dijalankan Soekarno ini adalah politik yang berpihak pada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
"Bung Karno lalu menjadikan Konferensi Asia Afrika sebagai momentum mencanangkan doktrin politik luar negeri Indonesia tersebut”, tegas Hasto.
Baca juga: Biografi Ir Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia Pejuang Pemersatu Bangsa
Momentum Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung dijadikan Bung Karno untuk menggalang dukungan internasional bagi pembebasan Irian Barat. Dari 10 dasasila bandung, 7 poin adalah untuk pembebasan Irian Barat.
"Setelah KAA, Indonesia mendapat legitimasi kuat sehingga dilaksanakan Deklarasi Djuanda pada 1957. Dengan deklarasi ini, laut membungkus wilayah kepulauan kita, sehingga Indonesia adalah negara kelautan yang ditebari pulau-pulau, kata Bung Karno," beber Hasto.
"Tanpa perang, Bung Karno membawa Indonesia memiliki wilayah yang naik 2,5 kali lipat. Ini semua dilakukan tanpa perang. Kita adalah negara kepulauan terbesar dunia, yang menatap masa depan dunia di Pasifik," tegasnya.
Setelah Deklarasi Djuanda, Indonesia kembali menggagas Gerakan Non Blok. Dan disana, Soekarno berhasil menyediakan persenjataan yang dibutuhkan militer Indonesia untuk pembebasan Irian Barat.
"Namun yang utama, Indonesia punya peran penting bagi kemerdekaan bangsa dunia. Maroko, Tunisia, Aljazair, Sudan, dan lain-lain. Sampai Bung Karno mendapat gelar pahlawan pembebas kemerdekaan bangsa-bangsa Islam," pungkas Hasto.