125 Tahun Jumenengan KGPAA Mangkunegoro VI, Cagar Budaya Astana Oetara Ajak Kaum Muda Jadi Pembaharu
Walaupun tetap mengemban nilai-nilai kebijaksanaan yang luhur dan agung, Mangkunegoro VI merupakan sosok modern dan berpikiran terbuka.
Nilai-nilai perjuangan Kartini turut menginspirasi Mangkunegoro VI untuk mendirikan sekolah khusus perempuan”.
Baca juga: Sosok Mangkunegoro VI Sang Reformis, Gibran: Banyak Prestasi, Terutama dalam Pemulihan Perekonomian
"Sosok Mangkunegoro VI dapat menjadi keteladanan masa kini, seorang Raja yang memiliki visi ke depan, modern, dan mau mendobrak nilai-nilai tradisional sehingga sesuai dengan kemajuan masa itu," imbuh Krisnina.
K.G.P.A.A. Mangkunegoro VI mereformasi protokol kerajaan yang rumit dan berbelit-belit yang dianggapnya tidak lagi sesuai dengan kemajuan zaman.
Hal-hal seperti mengadopsi pakaian Barat pun menurutnya bukan merupakan hal terlarang, karena seseorang dapat menjadi orang Jawa sekaligus orang modern.
Keunikannya dalam berbusana menjadikan Didiet Maulana, sebagai seorang desainer yang memiliki kepedulian terhadap budaya Indonesia untuk menyampaikan relevansi sikap dari Mangkunegoro VI dengan kondisi masa kini.
"Mangkunegoro VI adalah bukti nyata bahwa kita seharusnya bisa hidup dengan mengombinasikan gaya modern dengan tetap mempertahankan nilai adat dan tradisi," kata Didiet Mulyana.
"Tidak hanya mengganti aturan, dia juga terjun untuk memberi contoh langsung kepada Praja Mangkunegaran misalnya memangkas rambutnya menjadi pendek dan membuat tutup kepala yang praktis (Mits)."
"Mangkunegoro VI menjadi inspirasi untuk selalu memberi contoh pada generasi penerus agar bisa tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang kita miliki dalam pengembangan sesuatu yang berbau modernisasi," kata dia.
Aspek revolusioner dalam diri Mangkunegoro VI semakin terlihat ketika ia memilih untuk mengundurkan diri dan banting setir menjadi pedagang.
Pilihan mengundurkan diri pada masa itu masih merupakan konsep yang tidak umum, nyaris unthinkable, bagi seseorang yang dianggap pemegang kekuasaan yang diamanatkan oleh Tuhan.

Ia paham harga dirinya, memegang teguh kedisiplinan dan konsekuen serta persisten untuk mencapai segala yang telah direncanakan.
Kemandirian dan jiwa merdeka Mangkunegoro VI membuatnya tidak merasa berat turun takhta atas kemauannya sendiri.
Pengunduran diri tersebut tidak hanya menunjukkan bagaimana hubungan pemerintah kolonial dan penguasa lokal yang subordinatif di akhir masa abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Tetapi juga bentuk political awareness Mangkunegoro VI sebagai sosok yang modern dalam membaca konteks perubahan awal abad ke-20, di mana pemerintah kolonial Belanda benar-benar menguasai hampir seluruh aspek perikehidupan di tanah jajahan.
Berbekal pengalamannya yang kaya selama mengurus pabrik gula paling modern di Jawa masa itu, ia dengan begitu percaya diri beralih profesi menjadi pedagang.