Wamenag Minta Mahasiswa Edukasi Masyarakat Soal Moderasi Beragama
Pemahaman keagamaan yang adil dan seimbang seharusnya lebih mudah hadir pada mereka yang berada dalam atmosfer lingkungan akademis.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi berharap mahasiswa bisa menjadi katalisator dalam penguatan moderasi beragama.
Menurutnya, mahasiswa bisa mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya moderasi beragama.
"Perguruan Tinggi adalah lembaga akademis. Mahasiswa Perguruan Tinggi diharapkan menjadi katalisator sekaligus dinamisator yang mampu mengedukasi masyarakat dalam penguatan moderasi beragama," ujar Zainut melalui keterangan tertulis, Sabtu (25/9/2021).
Zainut mengatakan pemahaman keagamaan yang adil dan seimbang seharusnya lebih mudah hadir pada mereka yang berada dalam atmosfer lingkungan akademis.
Lingkungan akademis, menurutnya, mengutamakan dialog inklusif dan terukur dalam menghadapi perbedaan.
"Publik perlu mendapat pencerahan mengenai pentingnya untuk memiliki pemahaman adil dan seimbang, demi merawat keharmonisan masyarakat, dan relasi harmonis antara agama dan negara dalam konteks keindonesiaan," kata Zainut.
Mahasiswa, kata Zainut, harus mampu merawat nilai-nilai yang merupakan hakikat agama dan ilmu pengetahuan.
"Yaitu, nilai-nilai yang sesungguhnya untuk kemanusiaan, dan untuk menjawab permasalahan kemanusiaan," tutur Zainut.
"Dalam konteks moderasi beragama, nilai-nilai kemanusiaan itu termanifestasi pada komitmen kebangsaan, toleran, beragama tanpa kekerasan, dan menghormati kearifan lokal," tambah Zainut.
Baca juga: Kemenag Keluarkan Buku Pedoman Penguatan Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan
Dirinya menilai saat ini ada kesalahpahaman sementara orang dalam memaknai tugas dakwah amar ma'ruf nahi munkar.
Menurut Zainut, jika melaksanakan amar ma'ruf itu dengan cara yang lembut, bijak dan penuh kemadamaian, sementara jika melaksanakan nahyi munkar itu harus dengan cara-cara kekerasan.
Hal tersebut tidak tepat dan tidak sesuai dengan akhlak Rasulullah.
Rasulullah, kata Zainut, mengajarkan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar dengan penuh kebijakan, contoh yang baik dan berdiskusi dengan cara yang lebih baik.
"Mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, ramah bukan marah-marah dan menasihati bukan memaki-maki. Sekarang ini banyak ahlul makky alias ahli maki-maki," terangnya.