Rabu, 1 Oktober 2025

Tim Penggerak PKK Akan Buat Penyuluhan Soal Gizi Seimbang Sikapi Meningkatnya Angka Obesitas Anak

Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Pusat berupaya menekan laju angka obesitas pada anak dan remaja.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
dok Kemendagri
Ketua Umum TP-PKK Tri Tito Karnavian dalam webinar PKK terkait Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja, Kamis (26/8/2021). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Pusat berupaya menekan laju angka obesitas pada anak dan remaja.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) penduduk Indonesia pada 2018, menunjukkan, data obesitas pada anak usia 8-12 tahun mengalami peningkatan, dari 8,8 persen pada 2013 menjadi 10,8 persen pada 2018.

Selain itu, data dari WHO menyebutkan, prevalensi obesitas pada anak di dunia terus meningkat.

Pada 2020, pergerakannya mencapai angka 9,1 persen dari jumlah penduduk dunia.

“Jangan sampai orang tua berlomba-lomba membuat anaknya gemar makan, sehingga sedikit-sedikit disuruh makan karena takut anaknya sakit,” kata Ketua Umum TP-PKK Tri Tito Karnavian dalam webinar PKK terkait Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja, Kamis (26/8/2021).

Tri berujar maraknya obesitas pada anak satu di antaranya akibat perilaku orang tua dalam mengasuh anak.

Anak yang sehat kerap diasumsikan memiliki postur tubuh yang gemuk.

Asumsi ini membuat anak kerap diberikan asupan makanan dan minuman yang menekankan pada penggemukan badan.

Baca juga: Mendagri: PKK Harus Jadi Penggerak Cegah Stunting dan Kendalikan Pandemi Covid-19

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan generasi Indonesia.

Tri mengatakan, pemahaman tersebut tidaklah benar sehingga membutuhkan penyuluhan.

Kebiasaan tersebut, menurutnya dapat membuat pola makan yang buruk dan mempengaruhi kesehatan anak hingga beranjak dewasa.

Tri menjelaskan, kekhawatiran orang tua terhadap pertumbuhan anak, seharusnya diimbangi dengan pengetahuan perihal asupan apa saja yang perlu dikonsumsi.

Dengan begitu, makanan yang dikonsumsi anak bakal seimbang dan tak hanya dilihat dari gemuknya tubuh, tetapi dari tinggi badan, lingkar badan, dan lain-lain, sesuai dengan indeks kesehatan anak.

“Orang tua sering kali mengabaikan prinsip mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, atau B2SA, yang akhirnya malah memberikan nutrisi yang terlalu berlebih kepada anak,” ujar Tri.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved