Rehabilitasi Mangrove Menjadi Penyelamat di Kala PPKM
Perjuangan kelompok ini dalam membudidayakan mangrove mulai terlihat pada 2018.
Juga, penanaman pada musim kemarau potensi layu dan mati cukup besar, belum lagi adanya hantaman ombak laut. Tapi, dia menargetkan bibit mangrove yang ditanam bisa tumbuh 70-80 persen.
"Mangrove yang mati nanti kita sulam kembali," ujar dia.
Selain menanam mangrove, selama PPKM, Kelompok Seberang Bersatu juga merehabilitasi lahan kritis dengan penanaman tanaman buah-buahan.
Jufri berharap selepas pandemi, buah-buahan itu bisa menjadi agrowisata baru.
"Sekarang kita kembali menjalankan perencanaan yang belum terealisasi," ujar dia.
Selain budidaya tanaman buah, kelompoknya juga membangun Silvofishery dengan membudidayakan ikan, kepiting, dan kerapu di areal seluas 4 hektare.
Jufri menyebut upaya ini didirikan untuk mengatasi sepinya pengunjung ditengah pandemi.
Harapan dan Menjaga Kearifan Lokal
Jufri mengatakan kerja sama dengan BRGM ini dapat berlanjut untuk merehabilitasi lahan bekas tambang.
Dia berharap sinergi itu bisa dikembangkan untuk mengembangkan mangrove jenis Avicennia marina dan Avicennia alba.
Dua jenis mengrove ini, kata Jufri, sangat baik untuk lahan berpasir.
Dia juga ingin, ekosistem mangrove kembali berfungsi dengan penanaman santigi (Phempis acidula) dan terantum (Lumnitzera racemosa).
Dengan penanaman dua tumbuhan ini, dia berharap warga bisa menghasilkan peternakan lebah madu mangrove.
"Wisata untuk masa depan budidaya lebah madu," kata dia.
Tak hanya itu, untuk mengenalkan mangrove ke masyarakat, dia juga ingin menjadikan santigi sebagai buah tangan. Tapi, tidak sebagai bonsai.
Santigi yang dibeli wisatawan akan dicatat dan perkembangannya dilaporkan ke wisatawan.
"Kami harapkan pengunjung bisa mengadopsi pohon itu," ujar dia.