Anies Baswedan Ditengarai Safari Politik di Basis Demokrat, Apa Maknanya?
Safari politik yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Jawa Timur, terutama di basis Partai Demokrat, disebut memiliki sinyal politik ya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Safari politik yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Jawa Timur, terutama di basis Partai Demokrat, disebut memiliki sinyal politik yang mendalam.
Sebab Anies ditemani dua kepala daerah besutan Partai Demokrat, Walikota Madiun Maidi, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono hingga Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko.
Lantas apa makna dari safari politik Anies Baswedan di basis Partai Demokrat?
Juru bicara Gardem 98 Gepeng Mirdjaja menilai bahwa dipersilakannya Anies Baswedan 'tebar pesona' di basis Partai Demokrat, merupakan bukti bahwa SBY tidak percaya dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Ini indikasi bahwa SBY tidak percaya dengan AHY, sehingga harus menjadikan Anies Baswedan sebagai bonekanya di 2024 nanti,” ujar Gepeng Mirdjaja, kepada wartawan, Rabu (28/4/2021).
Menurutnya, SBY seolah menjawab kegelisahan di basis-basis Partai Demokrat yang mempertanyakan mantan mayor tersebut yang belum matang secara politik di dalam memimpin.
Baca juga: Safari Pangan Anies ke Ngawi Disorot, Pengamat Bilang Sedang Jajaki Ikatan Politik Lokal
Karena AHY sebelumnya melakukan safari politik, kata dia, namun hasilnya tidak banyak melakukan perubahan di basis-basis Partai Demokrat.
"Makanya, SBY membutuhkan sosok Anies untuk menutup-nutupi lemahnya kepemimpinan AHY di kader bawah Partai Demokrat," kata dia.
Gepeng lantas menyinggung survei yang dilakukan SMRC pada 28 Februari-8 Maret 2021. Survey itu menunjukkan bahwa popularitas AHY hanya 0,2 persen lebih banyak dibandingkan SBY.
Dalam survey tersebut, 10 tokoh teratas adalah: 1. Jokowi 15,2%, 2. Prabowo 13,4%, 3. Ganjar Pranowo 6,1%, 4. Anies Baswedan 5,4%, 5. Sandiaga Uno 3,1%, 6. Ridwan Kamil 2,2%, 7. Basuki T Purnama 2,0%, 8. Hary Tanoe 1,2%, 9. Agus Harimurti Yudhoyono 0,9%, dan 10. Susilo Bambang Yudhoyono 0,7%.
Sedangkan dari survey Partai Politik yang dilakukan Charta Politika 20-24 Maret 2021, Partai Demokrat hanya berada di urutan ketujuh dengan 4,2 persen.
Dengan melihat situasi seperti ini, Gepeng mengatakan SBY berhitung bahwa AHY tidak bisa diandalkan untuk mendongkrak suara Partai Demokrat. Bahkan, minimnya pengalaman AHY berpotensi membuat suara Partai Demokrat semakin anjlok dan hilang dari peredaran.
Langkah SBY menjadikan Anies Baswedan sebagai boneka, berkeliling basis Partai Demokrat memiliki tujuan untuk meningkatkan suara Partai Demokrat yang semakin anjlok di tangah AHY.
Tapi apakah nanti Anies akan berhasil mendongkrak suara Partai Demokrat?
“Ya nggak juga sih, lihat saja kepuasan masyarakat Jakarta terhadap kinerja Anies, hanya 38 persen. Foke (eks Gubernur Jakarta) tahun 2010 masih jauh lebih baik dari itu,” katanya.
Gepeng merujuk pada survei yang dilakukan Jakarta Research Center (JRC) pada 1-10 April 2021, menunjukkan bahwa kepuasan warga Jakarta terhadap Anies hanya 38,9 persen, yang tidak puas mencapai 53 persen, sisanya tidak tahu.
Sedangkan, survey kepuasan publik kepada Gubernur DKI Jakata 2007-2012 Fauzi Bowo, pada tahun 2010 mencapai 43 persen, pada survey yang dilakukan SMRC saat itu.