Potensi Ancaman Tsunami di Madura, BMKG Ungkap 3 Penyebab Ini dan Desak Mitigasi Bencana Disiapkan
BMKG menyebutkan, tsunami itu dengan ketinggian mencapai tiga meter. Atau tepatnya 2,8 meter lebih.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) angkat bicara soal potensi tsunami dahsyat setinggi 2,8 meter hingga tiga meter di Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur.
BMKG menyebutkan, tsunami itu dengan ketinggian mencapai tiga meter. Atau tepatnya 2,8 meter lebih.
Soal potensi tsunami di Sumenep Madura disampaikan BMKG secara langsung .
Itu semua demi persiapan soal mitigasi bencana masyarakat Sumenep Madura.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah BMKG Soal Penyebab dan Dampak Gempa di Malang dan Sekitarnya
BMKG juga mengungkap tiga faktor penyebab potensi tsunami di Sumenep Madura.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) menyebutkan, tsunami itu diperkirakan memiliki ketinggian mencapai 3 meter, atau 2,8 meter lebih.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan langsung analisis kabar buruk bagi masyarakat Kabupaten Sumenep di Pulau Madura ini.
Hasil analisis berpotensi tsunami sudah disampaikan langsung ke Bupati Sumenep Achmad Fauzi pada 3 April 2021 lalu.
"Kami sampaikan beberapa hasil analisis BMKG, bahwa perlu untuk dilakukan dan ditingkatkan mitigasi bencana. Terutama gempa dan tsunami," kata Dwikorita Karnawati pada Selasa (6/4/2021).
Berdasarkan perhitungan pihak BMKG, jika terjadi tsunami di wilayah Sumenep, ketinggiannya sudah diprediksi mencapai hampir tiga meter atau tepatnya 2,8 meter lebih.
"Yang dekat pelabuhan itu diwaspadai, itu tertinggi, dan waktu datangnya itu yang cepat. Sehingga jika menunggu sirene sudah terlambat. Itulah pentingnya sosialisasi," paparnya.
Ditanya faktor apakah yang bisa menyebabkan tsunami di Kabupaten Sumenep, Dwikorita Karnawati mengaku ada tiga faktor yang menyebabkan Sumenep berpotensi tsunami.
Tiga faktor itu diantaranya, faktor pertama patahan kambing.
"Posisinya di selatan Madura, sekitar Sumenep," katanya.
Faktor kedua ialah patahan flores, yang ada di flores sampai bali.
Sedangkan yang ke tiga tumpukan lempeng di subduksi (zona) selatan pulau Jawa.
Dari ketiga faktor itu katanya, yang perlu diwaspadai adalah faktor patahan kambing.
"Kalau faktor patahan flores dan tumpukan lempeng dampaknya tidak serius, karena tidak lebih dari setengah meter," ungkapnya.
Masyarakat Diminta Tak Panik
Badan Penanggulangan Bencana Daerah / BPBD Kabupaten Sumenep meminta masyarakat tidak perlu panik tentang potensi tsunami dahsyat setinggi 2,8 meter hingga tiga meter di Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur.
Meski begitu, BPBD Kabupaten Sumenep meminta masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sumenep, Madura tetap waspada.
Kepala BPBD Sumenep, Abd. Rahman Riadi mengatakan hasil kajian ilmiah potensi tsunami itu hanya sesuai rilis dari BMKG.
"Isu tsunami hanya potensi sesuai dengan rilis BMKG pusat dan belum tentu terjadi dalam waktu dekat. Namun, tetap perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan," kata Abd. Rahman Riadi saat dihubungi pada Rabu (7/4/2021).
Dengan beredarnya kabar potensi tsunami melanda Sumenep ini, pihaknya akan melakukan mitigasi terkait potensi bencana alam tersebut. Termasuk dukungan sarana prasarana dan rambu-rambu jalur evakuasi.
"Hal ini perlu adanya sinergitas dari para pihak," katanya.
Ditanya di daerah mana saja yang berpotensi tsunami di Kabupaten Sumenep ini, pihaknya menyebutkan wilayah yang berpotensi terjadi tsunami di antaranya seperti di Kecamatan atau pulau Raas, Sapudi, Talango dan sebagian pesisir Kecamatan Kalianget.
5 titik potensi gempa dan tsunami di Jatim
Sebelumnya, BMKG melakukan audiensi dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Jumat (19/3/2021).
Audiensi tersebut terkait adanya warning adan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang adanya potensi gempa bumi dan tsunami di lima titik pantai di Jawa Timur.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyarankan pada Jawa Timur di wilayah yang terdeteksi adanya potensi bencana untuk dilakukan pelatihan tanggap bencana secara kontinyu pada masyarakatnya.
Dwikora menjelaskan, bahwa berdasarkan data yang ada, terdapat 5 titik pantai yang perlu mendapat perhatian khusus terkait mitigasi gempa bumi dan tsunami. Titik tersebut didapat BMKG dari hasil 2 minggu survey di pesisir Jatim dari Pacitan sampai Banyuwangi.
Lima titik potensi gempa dan tsunami itu ada di Pacitan, Pancer dan Muncar di Banyuwangi, Prigi di Trenggalek serta Tulungagung.
"Ini bukan prediksi pasti, hanya persiapan untuk skenario terburuk. Tapi tetap harus waspada, makanya kita wajjb membuat masterplan untuk mengurangi dampak kerusakan," terang Dwikorita kepada TribunJatim.com.
Untuk Pacitan sendiri, dikatakan Dwikora terdapat 3 fault atau patahan di zona megatras yang berpotensi menimbulkan gempa 8,7 skala richter jika mengalami patahan naik. Hal itu dapat menyebabkan tsunami dengan ketinggian maksimal 18 meter yang dapat masuk ke kota dengan jarak 6 kilo meter dari bibir pantai.
Sedangkan untuk di Prigi, potensi tsunami dapat mencapai ketinggian 23,5 meter. Meski begitu, jarak masuknya hanya sejauh 3 kilo meter dari bibir pantai. Dengan masyarakat sekitar pantai yang kurang dari 50.000 jiwa, prediksi kerusakan akan lebih kecil daripada Pacitan.
Meski begitu, semua titik ini masih harus mendapat perhatian sebab masing-masing zona merahnya dapat menghadapi tsunami dengan maksimal ketinggian 18 meter ke atas. Sedang zona oranye dapat mencapai 6 sampai 10 meter, zona kuning di bawah 6 meter dan zona hijau hanya berupa genangan setinggi setengah meter.
"Jawa Timur tidak lebih rawan bencana daripada Sumatera. Tapi lebih beresiko mengalami gempa bumi dan tsunami daripada Jawa Barat karena bentuk ceruk dan posisi pantainya," ucapnya kepada TribunJatim.com.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com Gelombang Tsunami 3 Meter Ancam Madura, 'Datang Cepat', BMKG Desak Mitigasi Bencana, Kuak 3 Penyebab