Reshuffle Kabinet
Golkar Tak Masalah Menkes Bukan dari Kalangan Dokter: Pandemi Bukan Hanya Masalah Kesehatan
Politisi Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung mengaku tak masalah Menteri Kesehatan bukan berasal dari kalangan dokter.
TRIBUNNEWS.COM - Politikus Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung turut merespons terpilihnya Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Adapun sosok Budi Gunadi Sadikin yang bukan berasal dari kalangan dokter sempat menjadi perbincangan publik.
Terlebih, saat ini pos Menteri Kesehatan sangat vital untuk menangani pandemi Covid-19.
Baca juga: Prabowo-Sandi Masuk Kabinet Jokowi, Politisi Golkar: Tegaskan Rivalitas Pilpres Telah Selesai
Baca juga: Kata Pengamat Soal Dua Rival Jokowi saat Pilpres Jadi Menteri: Sangat Tipikal Politik Indonesia
Doli mengatakan, penunjukkan Menteri Kesehatan yang bukan dari kalangan medis ini bersejarah, karena pertama kali dilakukan di Indonesia.
Namun, ia tidak mempermasalahan latar belakang yang dianggap tidak berkaitan.
Sebab, menurut Doli, Indonesia lebih membutuhkan manajemen krisis yang mumpuni untuk melawan pandemi.

"Betul (jadi sejarah, red) pertama di Indonesia Menteri Kesehatannya bukan dari kalangan medis."
"Tapi dalam menghadapi pandemi ini dibutuhkan manajemen krisis," kata Doli dalam diskusi daring, Rabu (23/12/2020).
Sebab, Ketua Komisi II DPR RI ini menilai, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada persoalan kesehatan saja.
Baca juga: Risma Bakal Kerjasama dengan Menkes untuk Perawatan Orang dengan Gangguan Jiwa
Baca juga: Jalankan Tugas Sebagai Menkes, Budi Gunadi Sadikin Minta Dukungan Asosiasi Kedokteran
Namun bergerak sangat kompleks hingga berdampak pada persoalan ekonomi dan sosial.
Untuk itu, manajemen krisis yang mumpuni adalah jawaban untuk mengendalikan kondisi pasca pandemi.
"Jadi pandemi ini bukan hanya dilihat dari masalah kesehatan saja, tetapi sudah sangat kompleks, sangat multidimensi," tutur Doli.
Terlebih, kedepannya, Indonesia akan melakukan berbagai langkah penting untuk meredam pandemi.

Satu di antaranya melakukan vaksinasi Covid-19 yang membutuhkan strategi komunikasi publik.
"Jadi lebih membutuhkan manajemen krisis, terutama secara spesifik melakukan pendistribusian dan mekanisme vaksinasi yang tidak mudah," katanya.