Hetty Andika Perkasa Apresiasi Pelestarian Budaya Tari Sintren oleh Warga Desa Drunten Indramayu
Hetty Andika Perkasa menyaksikan kesenian tradisional tari Sintren di wilayah Desa Drunten, Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Tarian sintren merupakan seni tradisional yang mengandung unsur magis.
Baca juga: Kisah Serka Elkana Tafuli Ikut Latihan Tempur di Baturaja: Restu Sang Ibu Hingga Selfie Bareng KSAD
Nama sintren sendiri berasal dari gabungan dua kata, yakni si dan tren.
Dalam bahasa Jawa kata "si" merupakan sebuah ungkapan panggilan yang memiliki arti ia atau dia.
Sedangkan kata "tren" berasal dari kata tri atau putri.
Sehingga, sintren memiliki arti si putri atau sang penari.
Konon tarian sintren menceritakan kisah cinta Ki Joko Bahu dengan Rantamsari yang tidak disetujui oleh Sultan Agung, Raja Mataram.
Ki Joko Bahu dan Rantamsari terlambat dan tersiar kabar bahwa Ki Joko Bahu meninggal.
Namun Rantamsari tidak percaya dan mencari kekasihnya dengan menyamar sebagai penari sintren.
Makna di balik tari Sintren
Tarian Sintren menggambarkan kesucian sang putri atau sang penari.
Masyarakat menyakini tarian ini tak boleh diakses atau dilakukan secara main-main.
Seorang penari hanya boleh membawakan tarian sintren dalam keadaan suci dan bersih.
Makanya, sebelum melakukan pementasan sang penari harus melakukan puasa terlebih dahulu dan menjaga agar tidak dosa.
Hal itu ditujukan agar roh tidak akan mengalami kesulitan untuk masuk dalam tubuh penari.
Kesenian tari sintren pada mulanya dipentaskan pada waktu yang sunyi, di saat malam bulan purnama, karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam sang penari.
Tari sintren dibawakan oleh seorang wanita yang mengenakan kostum khusus dan berkacamata hitam.
Sebelum melakukan tarian, biasanya sang penari akan masuk ke dalam sebuah kurungan dalam keadaan terikat tali tambang.
Kurungan kemudian ditutup dengan kain.
Baca juga: KSAD Jenderal Andika Perkasa Keluhkan Jumlah Alutsista TNI AD Masih Terbatas