Sabtu, 4 Oktober 2025

Tenaga Medis Perempuan Beberkan Cerita di Wisma Atlet, Apa Kata Mereka?

Menurut Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila RI, Yudian Wahyudi, perempuan perlu mendapatkan apresiasi tinggi.

Tribunnews/Dea Duta Aulia
Dokter Relawan Penanganan Covid-19 dr.Debryna Dewi Lumanauw di acara webinar, Kamis (17/12/2020) Tribunnews/Dea Duta Aulia. 

TRIBUNNEWS.COM - Untuk menyambut dan memperingati Hari Ibu tahun 2020, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, serta Kompas TV mengadakan webinar yang bertajuk “Perjuangan Tenaga Medis Perempuan di Masa Pandemi” pada, Kamis (17/12/2020) pagi.

Acara yang dihadiri oleh Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila RI Yudian Wahyudi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (PPPA RI) Bintang Puspayoga, Dokter Relawan Penanganan Covid-19 Debryna Dewi Lumanauw, dan Bidan Penggagas Ojek untuk Ibu Hamil Iin Rosita menjabarkan materi mengenai peran wanita, baik di kota ataupun di daerah selama masa pandemi Covid-19.

Menurut Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila RI, Yudian Wahyudi, perempuan perlu mendapatkan apresiasi tinggi. Sebab dari masa ke masa perempuan memainkan peran penting terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik, hingga kesehatan.

“Sejarah nusantara menunjukkan banyak tokoh perempuan yang berperan penting pada zaman mereka masing-masing. Kita juga harus mengapresiasi perempuan dari berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, politik, dan kesehatan,” ujar Yudian Wahyudi.

Sejalan dengan itu, Menteri PPPA RI Bintang Puspayoga mengakui peran wanita sangat besar di masa pandemi seperti saat ini. Menurutnya jika dilihat secara angka, jumlah tenaga kesehatan seperti perawat lebih banyak didominasi oleh perempuan.

“Perjuangan tenaga Kesehatan di garda terdepan tidak terlepas dari peran perempuan. Sebanyak 71% perawat adalah perempuan. Serta untuk rasio dokter perempuan dan laki-laki yang menangani Covid-19 sebesar 50:50,” ujar Menteri PPPA RI Bintang Puspayoga.

Sementara itu, Dokter Relawan Penanganan Covid-19, dr. Debryna Dewi Lumanauw mengatakan, menjadi dokter di rumah sakit darurat Wisma Atlet merupakan pengalaman yang luar biasa. Ia bercerita, saat bertugas pertama kali di RS Darurat Wisma Atlet tidak menyangka jumlah angka positif Covid-19 semakin membesar dari hari ke hari.

“Awalnya kami tidak menyangka angkanya bisa separah ini. Saya kira, saya bakal (bertugas) 3 hari saja di Wisma Atlet tapi ternyata dua bulan,” jelasnya.

Ia mengakui perjuangan seorang wanita untuk terjun sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 tidaklah mudah. Sebab para petugas kesehatan kerap mengalami rasa takut terinfeksi virus Covid-19.

“Kalau kata orang-orang kami pakai APD-nya (Alat Pelindung Diri) lebay (berlebihan), kami lebay karena kami takut sekali (terinfeksi Covid-19), kalau ditanya takut ya takut makanya kami pakai APD sebegini ketatnya,” ujar Debryna.

Debryna menjelaskan, selama bertugas bukan hanya pasien yang diperhatikan, namun antar sesama tenaga medis juga saling memberikan dukungan.

“Tugasnya memang melihat pasien, tapi kami juga liat teman-teman (tenaga medis) karena kalau misal APDnya sobek yang takut bukan cuma dirinya sendiri tapi temen-temennya juga takut. Karena kalau temen kita terinfeksi besar kemungkinan kita kena virusnya juga,” jelasnya.

Bertugas menggunakan APD yang lengkap bukan perkara mudah untuk dijalankan oleh tenaga medis.  Sebab hawa panas atau gerah kerap dirasakan oleh tenaga medis saat menggunakan APD yang lengkap. Belum kalau terlalu sering menggunakan APD, lecet pada bagian tubuh seperti wajah sering dirasakan oleh tenaga medis.

 “Waktu APD itu langka, kami menghebat, ribet makenya ribet nyopotnya, makanya kalau bisa 8 jam full pakai APD lebih baik pakai APD terus. Tapi akibatnya yaitu, kalau makan minum atau kebelakang (buang air kecil/besar) pasti enggak bisa,” ungkapnya.

Meskipun saat bertugas di Wisma Atlet begitu menguras tenaga dan metalnya, Debryna merasa bersyukur karena teman satu timnya lebih banyak perempuan.

“Kebetulan tim saya itu banyaknya perempuan, inspiratif banget. Untungnya sebagai perempuan kita punya support sistem yang baik dengan curhat bersama perempuan,” katanya.

Meskipun mendapatkan support dari sesama perempuan, ia tetap berahap pandemi Covid-19 segera bisa diatasi.

 “Walaupun sudah ada vaksin. Masyarakat juga perlu membantu mencegah kenaikan angka positif dengan cara mematuhi protokol kesehatan supaya korban terinfeksi tidak terlalu banyak,” tutupnya. 

Admin: Sponsored Content
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved