Senin, 6 Oktober 2025

Gerakan 30 September

Moeldoko Sebut Ancaman Kebangkitan PKI Kental dengan Ambisi Pribadi

isu ancaman kebangkitan PKI yang ramai sekarang ini kental dengan kepentingan dan ambisi pribadi seseorang.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
Tangkap Layar YouTube/Najwa Shihab
Moeldoko Akui Ada Strategi di Balik Video Kemarahan Jokowi: Udah Nggak Usah Dilanjutkan 

Untuk diketahui Gatot secara resmi digantikan Marsekal Hadi Tjahjanto pada 8 Desember 2017 lalu dalam upacara pelantikan di Istana Negara. 

Gatot digantikan Hadi kurang lebih 4 bulan sebelum memasuki masa pensiun pada 1 April 2018.

Jangan Berlebihan

Kepala Staf Presiden Moeldoko angkat bicara mengenai pernyataan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut adanya ancaman kebangkitan PKI.

Menurut Moeldoko yang juga menjabat Panglima TNI sebelum Gatot, ancaman kebangkitan PKI tidak mungkin datang secara tiba-tiba.

Kepolisian membubarkan Acara Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jatim di Graha Jabal Nur, Surabaya yang juga dihadiri Deklarator KAMI, Gatot Nurmantyo, Senin (28/9/2020).
Kepolisian membubarkan Acara Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jatim di Graha Jabal Nur, Surabaya yang juga dihadiri Deklarator KAMI, Gatot Nurmantyo, Senin (28/9/2020). ((ISTIMEWA/TRIBUNMADURA.COM))

"Saya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami peristiwa demi peristiwa. Mengevaluasi peristiwa demi peristiwa. Tidak mungkin datang secara tiba tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja," kata Moeldoko dalam wawancara KSP, Kamis, (1/10/2020).

Oleh karena itu menurut Moeldoko jangan berlebihan dalam menanggapi sesuatu, karena dapat menimbulkan ketakutan. Termasuk mengenai dugaan ancaman kebangkitan PKI.

"Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain. Sebenarnya bisa saja sebuah peristiwa besar itu menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu," kata Moeldoko.

Purnawirawan Jenderal bintang empat itu mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam membangun kewaspadaan. Pertama yakni kewaspadaan yang dibangun untuk menenteramkan dan kedua kewaspadaan yang menakutkan.

"Bedanya disitu. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu. Nah! Itu pilihan-pilihan dari seorang pemimpin," katanya.

Ia sendiri menurut Moeldoko lebih memilih kewaspadaan untuk menenteramkan. Apalagi di tengah Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

"Yang terjadi saat ini, menghadapi situasi saat ini apalagi di masa pandemi, membangun kewaspadaan yang menenteramkan adalah sesuatu pilihan yang bijak," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved