Minggu, 5 Oktober 2025

Banjir di Sukabumi

Kemensos Kirim Relawan Tagana dan Bantuan Untuk Tangani Korban Banjir Bandang di Sukabumi

Relawan Tagana dikirim untuk membantu menangani bencana banjir bandang yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
Menteri Sosial Juliari Batubara. 

Hujan dengan intensitas tinggi tersebut menyebabkan massa air di daerah hulu menjadi semakin besar.

Adapun kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi menyebabkan potensi terbentuk bendung alami.

Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi, kemudian menyebabkan bendung alami tersebut berpotensi terjadi limpasan air beserta lumpur dengan jumlah yang besar dan cepat, atau yang kemudian disebut banjir bandang.

Berikutnya, berdasarkan analisis citra Himawari-8 LAPAN, sebelum terjadinya banjir bandang pada pukul 16.40 WIB, hujan terdeteksi terjadi sejak pukul 15.30 WIB dengan intensitas sedang 40 mm/jam kemudian semakin meningkat menjadi 100 mm/jam pada pukul 16.40.

Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak.

Pantauan tersebut menimbulkan adanya kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir menjadi tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk dibagian hulu sungai.

Selanjutnya berdasarkan hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan yang terukur di wilayah Pos Perkeb Tugu Menteng, Kecamatan Lengkong dan Pos Ganesha, Kecamatan Cisolok adalah sebesar 88 mm dan 57 mm. Curah hujan tersebut tergolong tinggi.

Dr. Raditya Jati, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, berdasar analisis meteorologi BMKG dari citra radar pukul 14.08 WIB, Senin 21 (21/9/2020), terdapat pertumbuhan awan konvektif di Sukabumi bagian utara dan Selatan.

Awan Konvektif tersebut berupa Cumulunimbus (CB) yang terbentuk sangat cepat dan intensif.

Dari hasil analisa tersebut, kesimpulan yang didapat adalah bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bandang.

Dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian wilayah hulu, atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah terdampak mengalami curah hujan Sedang-Tinggi dengan intensitas hingga-120 mm. Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak.

Kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir yang tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk dibagian hulu sungai.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved