Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilpres 2024

Dukungan Prabowo Nyapres Ketiga Kalinya: Tanggapan Gerindra, PKS, hingga 'Teman' 

Berbagai tanggapan mencuat setelah dukungan diberikan kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto nyapres kembali di Pilpres 2024

Tribunnews/JEPRIMA
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers didampingi badan pemenangan nasional dikediamannya di kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2019). Prabowo menyatakan bela sungkawa kepada para petugas KPPS yang meninggal dalam bertugas serta menyesalkan penahanan sejumlah tokoh pendukung pemenangan paslon 02. 

TRIBUNNEWS.COM - Berbagai tanggapan mencuat setelah dukungan diberikan kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto kembali mencalokan diri dalam bursa pemilihan presiden.

Para kader Gerindra setuju mengusung Prabowo dalam Pilpres 2024 meski keputusan akan diumumkan paling lambat 1,5 tahun sebelum pemilihan.

Diketahui, Prabowo telah kalah dalam dua periode terakhir Pilpres, yakni Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 yang dimenangkan oleh Joko Widodo.

Baca: Yunarto Wijaya Ungkap Tantangan Prabowo Jika Maju Capres 2024: Efeknya ke Gerindra

Sementara itu, tanggapan-tanggapan terkait kabar dukungan terhadap Prabowo maju Pilpres 2024 terungkap dari berbagai tokoh.

Termasuk teman pendukung Prabowo di Pilpres 2019, yakni Ketum PA 212 Slamet Ma'arif.

Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno saling memberikan hormat disela-sela acara mengungkap fakta - fakta kecurangan Pilpres 2019 yang diselenggarakan oleh BPN di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019). Pada pernyataan tersebut Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyatakan akan menolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019 yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).  Tribunnews/Jeprima
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno saling memberikan hormat disela-sela acara mengungkap fakta - fakta kecurangan Pilpres 2019 yang diselenggarakan oleh BPN di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019). Pada pernyataan tersebut Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyatakan akan menolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019 yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). (Tribunnews/JEPRIMA)

Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani menyatakan, seluruh kader partainya meminta Ketua Umum Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden (capres) di Pemilu 2024.

Permintaan itu disampaikan oleh kader Gerindra tingkat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra.

Hal itu diketahui dalam video yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Minggu (9/8/2020).

Baca: POPULER NASIONAL Prabowo Diminta Tak Nyapres Lagi | Viral Siswa SMA Kritik Pembelajaran Jarak Jauh

"Seluruh DPD dan DPC tadi meminta kembali Pak Prabowo untuk maju dalam Pilpres tahun 2024," kata Muzani di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/8/2020).

Dalam KLB Partai Gerindra, Muzani mengatakan, Prabowo meminta waktu kepada seluruh kader untuk mempertimbangkan permintaan tersebut.

Prabowo akan memutuskan maju atau tidaknya sebagai capres satu tahun sebelum pendaftaran.

"Terhadap permintaan yang terakhir ini, tentang majunya beliau menjadi calon presiden di tahun 2024."

"Pak Prabowo tadi di hadapan KLB mengatakan, tentang hal tersebut akan diputuskan satu tahun atau satu setengah tahun sebelum pemilihan presiden," ucap Muzani.

Adapun inilah rangkuman Tribunnews.com dari berbagai sumber mengenai tanggapan-tanggapan soal dukungan  Prabowo maju Pilpres 2024:

1. Slamet Ma'arif: Prabowo Sudah Selesai

Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Ma'arif mengomentari wacana Prabowo Subianto yang akan maju dalam pemilihan presiden atau Pilpres 2024 mendatang.

Berkaca pada pengalaman Pilpres 2019 silam, Slamet menilai masa Prabowo sudah selesai.

Baca: PDIP Usung Menantu Jokowi, Keponakan Prabowo, dan Mantan Kapten Persib di Pilkada 2020

"Pilpres 2019 pengalaman sendiri bagi kami dan untuk perjuangan kami ke depan bahwa Prabowo sudah finish."

"Biarkan saat ini Prabowo menikmati dan menyelesaikan tugasnya sebagai Menhan," ujar Slamet, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (11/6/2020).

Slamet juga menyinggung terkait pengkaderan di Partai Gerindra.

Menurutnya pengkaderan di partai tersebut akan berhasil apabila bermunculan calon baru dan muda.

Namun, kata dia, apabila nantinya Prabowo kembali maju di kontestasi politik 2024, berarti pengkaderan Partai Gerindra gagal.

Slamet menilai, Prabowo lebih baik menjadi seorang negarawan dan membiarkan adanya calon presiden baru dan muda untuk memimpin Indonesia.

"Cukuplah Prabowo di 2024 menjadi negarawan dengan memunculkan capres baru yang muda, karena kami yakin 2024 saatnya yang muda yang pimpin negeri."

"Apalagi umat punya catatan sendiri kepada Prabowo yang susah untuk dilupakan di 2019," kata dia.

Di sisi lain, Slamet menegaskan pihaknya akan terus mengawal pemerintahan saat ini dan berjuang menegakkan keadilan di Indonesia.

"Kami akan terus berjuang untuk tegaknya keadilan dan melawan kedzoliman di Indonesia di bawah komando ulama teristimewa Habib Rizieq Shihab," ujarnya.

2. PKS Pilih Turunkan Presidential Thershold

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan, Slamet Ma'arif memiliki hak menyuarakan pendapatnya sebagai tokoh masyarakat.

"Pak Prabowo seperti juga para pemimpin yang lain punya hak untuk memilih dan dipilih."

"Sementara Pak Slamet Ma’arif sebagai tokoh masyarakat juga punya hak menyuarakan pendapatnya," ujar Mardani ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (10/8/2020).

Akan tetapi, Mardani menegaskan publik lah yang akan menjadi pemberi keputusan terkait pemenang kontestasi politik untik menentukan orang nomor satu di Indonesia tersebut.

Menurutnya makin banyak calon presiden pada saat Pilpres 2024 akan semakin baik bagi demokrasi Indonesia.

Oleh karenanya, Mardani justru menyerukan agar presidential threshold diturunkan.

"Karena itu ketimbang bicara orang, saya menyerukan kita bersama berjuang menurunkan presidential thershold."

"Para pakar bahkan mengusulkan menghilangkan thershold karena esensi presidensialime adalah menghilangkan barrier to entry," kata dia.

"Dengan banyaknya calon publik, kita akan mendapatkan esensi demokrasi berupa kompetisi antar gagasan dan karya yang sehat. Tua-muda, Jawa-non Jawa, lelaki-perempuan semua punya hak untuk dipilih," imbuh Mardani.

3. Pengamat dari UNIS: Terbuka Lebar

Koalisi Partai Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP) di Pilpres 2024 dinilai sangat terbuka lebar jika Prabowo Subianto kembali maju sebagai capres.

Pengamat politik dari Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang Adib Miftahul beralasan komunikasi antara Prabowo dan Megawati Soekarnoputri terlihat cair setelah Gerindra bergabung dalam koalisi pemerintah. 

"Menurut saya (koalisi Gerindra-PDIP) sangat-sangat terbuka lebar. Apalagi komunikasi Pak Prabowo dan Bu Megawati sudah terlihat cair pasca Pak Prabowo mau bergabung dengan koalisi."

"Dengan Pak Jokowi juga begitu (terlihat cair)," ujar Adib, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (10/8/2020). 

Di sisi lain, Adib melihat kader-kader PDIP di nasional masih kurang memiliki potensi untuk bertarung sebagai kandidat capres. 

Menurutnya Prabowo masih bisa mengalahkan nama-nama kader banteng seperti Ganjar Prabowo hingga Puan Maharani.

Demi meraih kemenangan di Pilpres 2024 bukan tak mungkin PDIP akhirnya berkoalisi dengan Gerindra

"Ganjar Pranowo, kemudian Puan Maharani, itu menurut saya popularitas, likebilitas, maupun elektabilitas masih jauh di bawah Pak Prabowo."

"Karena bagaimana pun kemenangan PDIP di 2019 harus juga diraih di 2024, jadi menurut saya sangat-sangat terbuka lebar ketika Pak Prabowo atau Gerindra akan berkoalisi dengan PDIP," jelasnya. 

Adib meyakini pengukuhan kembali mantan Danjen Kopassus itu sebagai Ketua Umum Partai Gerindra lima tahun ke depan adalah proyeksi untuk maju dalam Pilpres 2024. 

Apalagi sosok Prabowo masih dianggap dapat menyatukan Partai Gerindra.

Terbukti ketika Prabowo memutuskan Gerindra bergabung dengan koalisi pemerintah, tak ada riak yang terlalu kencang di tubuh partai tersebut. 

"Terpilihnya Prabowo sebagai Ketum Gerindra lagi melalui KLB kemarin menurut saya tak jauh-jauh dari proyeksi 2024."

"Pak Prabowo masih dianggap figur yang bisa menyatukan kekuatan Gerindra dibalik faksi-faksi lain, soliditas internal," kata dia. 

"Buktinya adalah ketika gerbong Gerindra yang dibawa pak Prabowo ke koalisi yang selama ini menjadi lawan, riaknya tidak terlalu kencang," ujarnya.

4. Yunarto Wijaya: Efek ke Gerindra

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengungkapkan sejumlah tantangan ke depan bagi Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) di Pemilu 2024.

Belakangan, wacana Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang akan maju kembali dalam Pilpres mendatang semakin menguat.

Yunarto menjelaskan, seharusnya Prabowo bisa menempatkan diri untuk mempertahankan elektabilitasnya selama ini.

Hal itu disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Senin (11/8/2020).

Kemudian, dari sisi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menjadi tantangan Prabowo ke depan.

"Tantangannya, pertama tentu saja bagaimana kemudian bisa menempatkan dirinya secara tepat untuk bisa mempertahankan segmen 2014-2019," ujar Yunarto.

"Dan mungkin mengambil segmen sebagian dari pemilih Jokowi yang sudah melihat dirinya menjadi sosok yang berbeda karena masuk dalam pemerintahan," bebernya.

Sementara, Yunarto Wijaya bahkan menilai, magnet elektoral sosok Prabowo di Pilpres 2024, juga didukung posisinya pemerintahan saat ini.

"Pertama secara elektoral akan berpengaruh, menjawab pertanyaan-pertanyaan besar kepada Prabowo," kata Yunarto.

"Apakah dia akan maju kembali atau tidak," sambungnya.

Ia pun mengatakan, sejauh mana prestasi kinerja Prabowo di pemerintahan Jokowi saat ini, dinilai akan menguatkan kans nya, jika benar maju Pilpres lagi.

"Sehingga membuat sebagian pemilihnya yang mungkin punya rencana berpaling ketika berpikir Prabowo tidak akan maju kembali."

"Akan kembali mendukung beliau," terangnya.

Prabowo Subianto dan Yunarto Wijaya
Prabowo Subianto dan Yunarto Wijaya (Kolase TribunNewsmaker - Tribunnews)

Bahkan, Yunarto menyebut, jika benar Prabowo maju kembali menjadi capres, itu akan berpengaruh kepada Partai Gerindra.

"Yang kedua efeknya juga kepada Gerindra."

"Kita tahu ini partai yang besar karena sosok," ungkap Yunarto.

Terlebih, kata Yunarto, Prabowo memiliki magnet elektoral yang besar ketika memutuskan untuk maju kembali dalam Pilpres.

"Dan ketika Prabowo masih menjadi sosok calon presiden dilekatkan dengan Pilpres," kata Yunarto.

"Pada titik itulah keberadaannya sebagai magnet elektoral juga semakin besar," imbuhnya. (*)

(Tribunnews.com/Chrysnha/Indah Aprilin/Vincentius Jyestha)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved