Kartu Pra Kerja
Respons Politikus PKS SIkapi Langkah Pemerintah Hentikan Program Paket Pelatihan Kartu Prakerja
Netty Prasetiyani menilai penghentian program paket pelatihan prakerja sebagai bentuk lemahnya pemerintah dalam mengelola komunikasi publik.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Netty Prasetiyani menilai penghentian program paket pelatihan prakerja sebagai bentuk lemahnya pemerintah dalam mengelola komunikasi publik.
"Setelah lama dikritik dan dianggap mengada-ada oleh banyak pihak, baru sekarang dihentikan. Ini bukti lemahnya komunikasi publik pemerintah dengan banyak pihak," ujar Netty dalam keterangannya, Jumat (3/7/2020).
Netty menyoroti catatan yang dibuat manajemen pelaksana program tersebut.
Baca: Respons Politikus Golkar Sikapi Penghentian Paket Pelatihan Program Kartu Prakerja
Salah satunya mengenai tidak ada mekanisme yang dapat memastikan setiap peserta pelatihan menyelesaikan seluruh pelatihan.
Menurutnya program baru dihentikan setelah uang negara terpakai untuk hal yang kurang terukur output, out come dan benefitnya.
"Ini kan pemborosan anggaran di tengah situasi krisis. Jadi, harus ada pertanggungjawabannya, karena bisa jadi ada pelanggaran hukum dan berpotensi merugikan negara," kata dia.
Baca: Respons Politikus Golkar Sikapi Penghentian Paket Pelatihan Program Kartu Prakerja
Tak hanya itu, Netty juga menyinggung lemahnya pengelolaan komunikasi publik pemerintah terlihat saat Presiden Joko Widodo memarahi jajaran menterinya yang dianggap tidak memiliki sense of crisis.
Politikus PKS itu menegaskan lemahnya kemampuan memahami aspirasi rakyat dan lambatnya merespon masukan dari banyak pihak membuat pemerintah melahirkan beberapa kebijakan yang tidak peka terhadap kondisi rakyat.
"Kenaikan iuran BPJS yang dipaksakan di tengah situasi masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi, pengguliran new normal tanpa ukuran dan panduan yang jelas, wacana pengenaan pajak pada transaksi online, dan heboh tentang kenaikan tarif listrik, adalah beberapa contoh buruknya pengelolaan komunikasi publik. Seharusnya pemerintah menenangkan masyarakat dengan kebijakan pro rakyat," jelasnya.
Karenanya, Netty meminta agar pemerintah memperbaiki pola komunikasi ini di masa yang akan mendatang.
"Saya berharap ada transparansi soal penghentian program pelatihan prakerja, penghentian kenaikan iuran BPJS, dan memberikan penjelasan soal heboh naiknya tarif listrik serta pungutan pajak pada transaksi online tersebut demi kebaikan rakyat," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah memutuskan untuk menghentikan program paket pelatihan kartu prakerja yang ditawarkan mitra platform digital.
Ketentuan tersebut tertuang dalam surat bernomor S-148/Dir-Eks/06/2020 yang ditandatangani Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari, pada 30 Juni 2020.
"Manajemen Pelaksana memutuskan untuk menghentikan, seluruh transaksi dan penjualan paket pelatihan, yang ditawarkan oleh mitra platform digitial agar pelaksanaan program kartu pra kerja dapat dilakukan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku," tulis dalam surat yang diterima Tribun, Kamis (2/7/2020).
Untuk diketahui terdapat delapan platform digital yang menjadi mitra kartu Prakerja.
Di antaranya yakni Skill Academy by Ruangguru, Bukalapak, MauBelajarApa, Pijar Mahir, Pintaria, SekolahMu, Sisnaker, dan Tokopedia.
Penghapusan paket pelatihan dilakukan setelah Manajemen Pelaksanan Kartu Prakerja mengevaluasi pelatihan yang digelar oleh lembaga pelatihan Prakerja.
Evaluasi tersebut mencakup diantaranya pemenuhan kewajiban Lembaga Pelatihan dalam memberikan pelatihan kepada penerima manfaat Kartu Prakerja dan penilaian peserta pelatihan terhadap instruktur, sarana prasarana, dan program pelatihan.
Dalam surat tersebut terdapat empat poin hasil evaluasi:
Pertama, beberapa mitra platform digital kartu prakerja membuat dan menawarkan produk paket pelatihan (bundling) yang terdiri atas beberapa jenis atau kelas pelatihan.
Paket pelatihan ini diselenggarakan oleh satu atau beberapa lembaga pelatihan di masing-masing platform digital (paket pelatihan).
Kedua, tidak ada mekanisme yang dapat memastikan bahwa setiap peserta yang mengambil atau membeli paket pelatihan menyelesaikan seluruh jenis atau kelas pelatihan yang ditawarkan dalam paket pelatihan tersebut, setelah mereka mendapat insentif tunai.
Ketiga, akibatnya, maka tidak ada laporan mengenai penilaian peserta pelatihan terhadap instruktur, sarana prasarana, dan program pelatihan untuk satu atau beberapa jenis atau kelas pelatihan yang ada dalam masing-masing paket pelatihan tersebut.
Keempat, Manajemen Pelaksana tidak dapat melaksanakan tugasnya untuk melakukan evaluasi terhadap satu atau beberapa jenis atau kelas pelatihan yang ada di dalam masing-masing paket pelatihan tersebut.