Kamis, 2 Oktober 2025

Eksklusif Tribunnews

Mukroni,Koordinator Komunitas Warteg : New Normal Sangat Penting

Para pedagang, katanya lagi bisa kembali membuka tokonya masing-masing dan konsumen dapat berbelanja tanpa rasa takut

Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM/LUCIUS GENIK
Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal (Warteg) Mukroni 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal (Warteg) Mukroni menilai pemberlakuan New Normal di tengah situasi Covid-19 sangat penting. New Normal jadi penting karena membuka peluang bagi para pedagang warteg dan konsumen untuk bisa hidup secara normal.

Para pedagang, katanya lagi bisa kembali membuka tokonya masing-masing dan konsumen dapat berbelanja tanpa rasa takut tertular Covid-19.

New Normal dinilai Mukroni mengedepankan pola hidup sehat sebagai upaya menyongsong kehidupan di masa mendatang. Di mana masyarakat Indonesia mau tidak mau harus mampu hidup berdampingan dengan virus Covid-19.

"New Normal ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan adanya kejadian Covid-19 di negeri ini sehingga kita harus beradaptasi ke depan. Oleh karena itu menurut kami warteg harus memperhatikan masalah kesehatan menyangkut bagaimana agar tempat dagang itu higienis, bersih dan jauh dari penyakit," kata Mukroni kepada Tribun.

Mulanya Mukroni menceritakan, kondisi perekonomian mayoritas pengusaha warteg di wilayah Jabodetabek, di tengah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kian miris. Para pengusaha warteg sangat terdampak secara finansial karena tidak bisa membuka tokonya masing-masing.

Para pengusaha warteg pun kerepotan memikirkan langkah apa yang harus dilakukan untuk bertahan hidup bila situasi Covid-19 ini berlarut-larut. Satu-satunya upaya bertahan, jelas Mukroni, hanya dengan membuka warteg masing-masing.

Baca: Ini Alasan Kemenparekraf Prediksi Ekowisata Bakal Diminati di Kondisi New Normal

"Sekarang ini kondisi ekonomi para pengusaha warteg, kalau berlarut-larut ini menjadi masalah. Bukan kita tidak takut pada Covid-19 ini, tapi kita lebih takut bila kondisi ekonomi justru menimbulkan banyak efek. Bisa bikin stress dan lain sebagainya," jelas Mukroni.

"Karena memang cukup drastis penurunan pemasukan yang dialami warteg-warteg di Jabodetabek karena jumlah konsumen juga menurun drastis sekali," sambung Mukroni.

Ia menegaskan bahwa komunitas warteg sangat mendukung upaya pemberlakuan New Normal oleh Pemerintah Indonesia. Menurutnya, warteg akan bersiap dengan mengedepankan penerapan protokol kesehatan Gugus Tugas Covid-19.

Baca: Satire, Ketua FAKTA: Anies Diam-diam Mulai Terapkan New Normal di DKI Jakarta

"Kami dari warteg sangat menerima adanya new normal yang disampaikan pemerintah sehingga kita tetap care dan memperhatikan kondisi kesehatan sebagai keutamaan. Diharapkan dengan kesehatan masyarakat, kondisi ekonomi bisa diperbaiki dan semua bisa berjalan normal kembali," jelas Mukroni.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA sebelumnya mengungkapkan mengungkapkan setidaknya terdapat tiga landasan mengapa Indonesia perlu kembali bekerja secepatnya. Secara bertahap, menurut Denny JA, Indonesia dapat memulai kembali bekerja di luar rumah pada Juni 2020 mendatang.

Denny JA mengatakan, LSI menemukan fakta bahwa Indonesia telah memenuhi syarat untuk membuka kembali aktivitas warga dan ekonomi. Kendati demikian, hal ini tidak dapat dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia.

Baca: Mengenal Istilah Herd Immunity dan New Normal dalam Hadapi Covid-19 Serta Dampaknya

"Ia harus dilakukan secara bertahap karena grafik kasus setiap wilayah berbeda-beda, setelah PSBB diberlakukan," ungkap Denny JA dalam siaran pers yang dipublikasikan di laman Facebook Denny J.A's World, Sabtu (16/5/2020) lalu

Denny JA menjelaskan, wilayah yang merupakan pusat ekonomi dan bisnis Indonesia seperti Jakarta sudah layaknya dibuka kembali. Berikut paparan Denny JA tiga landasan yang membuat Indonesia perlu segera kembali bekerja, yaitu:

1. Banyak negara yang membuka kembali aktivitas warga
Landasan yang pertama, Denny JA menyebutkan, telah banyak negara di dunia yang membuka kembali aktivitas warga dan ekonominya.Selanjutnya, pada awal Mei, diikuti oleh negara Eropa yang lain, seperti Portugal, Spanyol, Belgia, Italia dan Perancis.

"Di antara negara-negara tersebut, Italia, Spanyol, Perancis dan Jerman adalah negara yang diawal pandemi memiliki kasus positif dan meninggal paling banyak di Eropa."

"Negara-negara tersebut membuka kembali pembatasan sosial (lockdown) setelah mereka melewati puncak pandemi, yang terlihat dari data kurva kasus harian yang menurun (driven by data)," lanjutnya.

Menurut Denny JA, dalam menerapkan kebijakan ini, setiap negara memiliki detil kebijakan yang berbeda-beda.

Baca: Saran Pengusaha Terkait Penerapan Skenario New Normal

Namun terdapat persamaan dari kebijakan aktivitas ekonomi yang dibolehkan. Di antaranya yaitu usaha kecil menengah, toko-toko kebutuhan pokok harian, toko buku, toko pakaian, dan taman publik. Menurutnya, semua itu mulai diperbolehkan untuk dibuka kembali dengan tetap menjaga aturan social distancing. "Bar, restoran, dan kafe belum diizinkan buka hingga Juni 2020," tambah Denny JA.

2. Vaksin paling cepat ditemukan satu tahun lagi
Kedua, Denny mengatakan, vaksin baru ditemukan paling cepat 12 bulan atau satu tahun lagi.
Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia dan negara lain mustahil menunggu hingga vaksin benar-benar ditemukan untuk memulai kerja ke luar rumah lagi.

Menurut Denny JA, APINDO melaporkan bahwa data mereka menunjukan terdapat kurang lebih 7 juta karyawan yang di PHK pada Mei 2020.

Baca: Pilkada Serentak Akan Jadi Latihan Politik Bagi Pengurus Daerah Partai Gelora

APINDO juga mengingkatkan bahwa terdapat 30 juta karyawan di bidang properti yang juga terancam di PHK jika pandemi belum bisa diatasi."Artinya jika aktivitas ekonomi tidak secara bertahap dimulai maka warga Indonesia bisa menderita akibat terkaparnya ekonomi rumah tangga," kata Denny JA.

3. Keseimbangan kesehatan tubuh dan ekonomi harus terjaga
Landasan yang ketiga, Denny menyampaikan, Indonesia perlu menjaga keseimbangan antara kesehatan tubuh dan kesehatan ekonomi. Menurutnya, saat ini selain angka pengangguran yang makin tinggi, pendapatan negara menurun dan pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target akibat dampak Covid-19. "Hal ini dapat mengakibatkan dampak ekonomi ke semua sektor (krisis ekonomi)."
"Jika aktivitas ekonomi tak segera dibuka kembali, maka pemulihan ekonomi Indonesia akan melalui jalan yang panjang dan terjal," kata Denny.

Namun, Denny JA menekankan, dibukanya kembali aktivitas warga dan ekonomi harus dilakukan dengan bertahap, belajar best practice dari negara yang sudah lebih dahulu, dituntun dengan data, dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Denny JA menyampaikan, LSI Denny JA telah melakukan riset dengan mengolah data sekunder dari data Gugus Tugas, Worldometer, dan WHO.

Menurutnya, dari hasil riset tersebut, kurva penambahan kasus Covid-19 kini mulai mendatar.Bahkan, tren kasus Covid-19 di sejumlah daerah telah menurun.

Sebaliknya, menurut Denny JA, dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia semakin memuncak. 

Baca: Fadli Zon Kritik Wacana Pemerintah soal New Normal: Sebelum Covid-19 Kita Sudah Normal?

"Data menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran dan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Denny.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved