Cak Imin: 22 Tahun Reformasi, Politik Uang Masih Dominan
Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menilai lahirnya reformasi sejak 22 tahun lalu, telah menciptakan kedaulatan bagi rakyat Indonesia.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menilai lahirnya reformasi sejak 22 tahun lalu, telah menciptakan kedaulatan bagi rakyat Indonesia.
Ia menyebut, masyarakat saat ini diberikan kesempatan untuk terlibat di dalam proses pembangunan, politik, dan diikut sertakan dalam pengambilan keputusan dalam pesta demokrasi.
"Meskipun akhir-akhir ini, kami sangat prihatin bahwa kedaulatan rakyat yang paling asasi, yaitu kedaulatan memilih didikte, uang menentukan," ujar Cak Imin dalam diskusi virtual bertema 22 Tahun Reformasi, Penguatan Gerakan Sosial Ekonomi Rakyat, Jakarta, Kamis (21/5/2020).
Baca: Bayern Munchen Belum Berminat Permanenkan Perisic, Inter Milan Justru Tertarik Rekrut Tolisso
"Money politik menjadi faktor dominan dalam menggunakan kedaulatan politik rakyat," sambung Wakil Ketua DPR itu.
Melihat kondisi tersebut, kata Cak Imin, diperlukan hitung ulang dan evaluasi dari lahirnya reformasi, di mana masih banyak pekerjaan pimpinan dalam membehani sistem demokrasi di dalam negeri dari atas sampai bawah.
Baca: Mojang Bandung Arsitek Penghijauan Kota Chicago dan San Fransisco
"Kadaulatan rakyat menjadi sangat sempit, hak pilih diukur dari politik uang, hak suara bisa dibeli dan aktivis akan kalah dengan yang memikili uang," ucap Cak Imin.
Di sisi lain, Cak Imin menilai Indonesia juga belum dapat mandiri secara ekonomi.
"Dalam rangka ulang tahun reformasi, kita patut menghitung ulang, melakukan evaluasi total apa yang sudah dan belum dilaksanakan," ujar Cak Imin.
Baca: 20 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1441 H Beserta Gambar, Cocok Dikirim ke WhatsApp, FB, dan Instagram
Menurut Cak Imin, cita-cita reformasi saat itu adalah mewujudkan kedaulatan rakyat, baik persoalan politik, ekonomi, hukum, dan segala hal dalam menuju kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
"Potensi dan kekuatan rakyat yang begitu dasyat, berbasis keagamaan, sosio kultural, agrikultur, pertanian, pedesaan adalah potensi yang belum sepenuhnya jadi sasaran utama tujuan ekonomi," ucapnya.