Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

DBD Lebih Berbahaya dari Corona, Tercatat 104 Orang Meninggal Dunia

Kasus demam berdarah dengue (DBD) bahkan tercatat jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan kasus virus corona.

Editor: Dewi Agustina
Wartakota/Nur Ichsan
FOGGING DBD - Relawan PMI Kota Tangerang melakukan pengasapan (fogging) dalam penanganan wabah penyakit demam berdarah di wilayah RW 01 Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Rabu (19/2/2020), Pengasapan ini dilakukan setelah puluhan warga di wilayah ini terserang virus Chikungunya, yang membuat penderitanya, mengalami lemas badan seperti orang lumpuh.karena nyamuk tersebut menyerang persendian. (Wartakota/Nur Ichsan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini demam berdarah dengue (DBD) tengah menjadi wabah di Indonesia selain wabah virus corona atau Covid-19.

Kasus demam berdarah dengue (DBD) ini bahkan tercatat jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan kasus virus corona.

Diketahui, hingga Rabu (11/3/2020) di Indonesia tercatat 34 pasien DBD meninggal dunia.

Selain itu, jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 telah tercatat sebanyak 17.820 kasus.

"Jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 17.820 kasus," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Siti Nadia Tarmizi, Kamis (12/3/2020).

Siti mengatakan data tersebut terpantau sejak Januari hingga 11 Maret 2020. Ia juga mengatakan bahwa penularan DBD terjadi secara cepat.

"DBD itu penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan kecepatan penularannya. Jadi mengapa tiba-tiba (jumlah) kasus tiba-tiba melonjak jadi tinggi? Sebab, ini karena proses penularan tetap terjadi," ujar Siti.

Menurut Siti, penyebab penularan DBD, yakni iklim tropis Indonesia dan keberadaan nyamuk Aedes aegypti.

"Individu butuh waktu 5-7 hari setelah tergigit nyamuk Aedes aegypti, lalu baru muncul gejala klinis DBD. Tetapi, bisa jadi orang tidak merasakan gejala klinis, padahal dia sudah positif tertular DBD. Kalau daerah yang nyamuknya banyak, ya (risiko) penularan cepat terjadi," jelas Siti.

Baca: Kronologi Pria Serang Polisi karena Tak Terima Ditilang, Berujung Tewas Ditembak

Baca: Jadwal Acara TV Hari Ini, 13 Maret 2020: Spesial Korean Wave: NCT Dream HUT Transmedia di TransTV

Ia mengungkapkan, terdapat 104 kematian akibat kasus DBD ini yang mayoritas berada di NTT.

Menurut Siti, angka kematian di NTT tinggi karena sejumlah hal. Hal pertama yaitu karena faktor lingkungan yang mana banyak terdapat tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.

"Lalu, tidak dilakukan pencegahan sebelum masa penularan DBD. Kemudian, tempat perindukan nyamuk tidak dibersihkan," tutur Siti.

Siti mengungkapkan, ada empat provinsi lain dengan kasus kematian akibat DBD yang juga tinggi, yakni Jawa Barat (15 kematian), Jawa Timur (13 kematian), Lampung (11 kematian), dan Jawa Tengah (4 kematian).

Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat 37 penderita demam berdarah dengue (DBD) meninggal hingga Rabu (11/3/2020) malam.

Kepala bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan NTT Erlina R Salmun mengatakan, jumlah penderita DBD di provinsi itu mencapai 3.109 jiwa dengan tingkat kematian sebesar 1,19 persen.

Ribuan penderita itu tersebar di 21 kabupaten dan kota di NTT.

Erlina memerinci jumlah korban jiwa dan pasien yang dirawat di 21 kabupaten/kota di NTT. Kabupaten Sikka, sebanyak 1.216 pasien DBD dirawat.

Baca: Sosok Iskandar, Pria Blitar Budi Daya Alpukat Sebesar Kepala Bayi, Sekali Panen Bisa Buat Naik Haji

Baca: Hasil Liga Eropa: Dibantai Man United 0-5, Pelatih LASK: Perjalanan Kita Berakhir Sampai Disini

Angka itu naik dari jumlah sebelumnya 1.145 pasien. Sebanyak 14 penderita dilaporkan meninggal.

Kota Kupang, sebanyak 462 pasien DBD dirawat, jumlah itu naik dari sebelumnya 425 pasien. Sementara korban meninggal sebanyak lima orang.

Kabupaten Alor, sebanyak 308 pasien DBD dirawat, jumlah itu naik dari sebelumnya 246 pasien. Jumlah korban meninggal sebanyak tiga orang.

Kabupaten Lembata, jumlah pasien yang dirawat sebanyak 189 orang, naik dari jumlah sebelumnya 175 orang. Dua orang meninggal.

Kabupaten Kupang, sebanyak 53 penderita DBD dirawat dan korban meninggal dua orang.

Kabupaten Timor Tengah Utara, jumlah pasien yang dirawat sebanyak 57 orang, naik dari sebelumnya 40 orang. Jumlah korban meninggal dua orang.

Kabupaten Belu, jumlah pasien yang dirawat menjadi 276 orang, naik dari sebelumnya 184 orang. Tiga penderita DBD tercatat meninggal.

Kabupaten Flores Timur, sebanyak 106 pasien dirawat, naik dari sebelumnya 91 orang. Korban meninggal sebanyak dua orang.

Kabupaten Rote Ndao, sebanyak 28 pasien dirawat dan satu meninggal.

Baca: Dua Perawat di RSUP Sanglah Denpasar Dalam Pengawasan Virus Corona

Baca: Betrand Peto Tak Menyangka Diberi Hadiah Ulang Tahun oleh Ruben Onsu : Ini Kado yang Paling Besar

Kabupaten Manggarai, sebanyak 23 pasien dirawat dan satu meninggal.

Kabupaten Manggarai Timur, sebanyak enam pasien dirawat dan satu meninggal.

Kabupaten Manggarai Barat, sebanyak 71 pasien DBD dirawat.

Kabupaten Ende, sebanyak 84 pasien DBD dirawat, jumlah itu naik signifikan karena sebelumnya tercatat 38 pasien dirawat. Jumlah korban jiwa sebanyak satu orang.

Kabupaten Timor Tengah Selatan, sebanyak 53 pasien DBD dirawat.

Kabupaten Sabu Raijua, sebanyak 32 pasien DBD dirawat.

FOGGING DBD - Relawan PMI Kota Tangerang melakukan pengasapan (fogging) dalam penanganan wabah penyakit demam berdarah di wilayah RW 01 Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Rabu (19/2/2020), Pengasapan ini dilakukan setelah puluhan warga di wilayah ini terserang virus Chikungunya, yang membuat penderitanya, mengalami lemas badan seperti orang lumpuh.karena nyamuk tersebut menyerang persendian. (Wartakota/Nur Ichsan)
FOGGING DBD - Relawan PMI Kota Tangerang melakukan pengasapan (fogging) dalam penanganan wabah penyakit demam berdarah di wilayah RW 01 Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Rabu (19/2/2020), Pengasapan ini dilakukan setelah puluhan warga di wilayah ini terserang virus Chikungunya, yang membuat penderitanya, mengalami lemas badan seperti orang lumpuh.karena nyamuk tersebut menyerang persendian. (Wartakota/Nur Ichsan) (Wartakota/Nur Ichsan)

Kabupaten Nagekeo, sebanyak 23 pasien DBD dirawat.

Kabupaten Sumba Barat Daya, sebanyak 26 pasien DBD dirawat.

Kabupaten Malaka, sebanyak 31 pasien dirawat, jumlah ini naik dari sebelumnya 22 pasien.

Kabupaten Ngada, sebanyak 28 pasien dirawat, naik dari sebelumnya 11 pasien.

Kabupaten Sumba Timur, sebanyak 15 orang dirawat, naik dari sebelumnya 8 orang.

Baca: Fakta-fakta Daniel Radcliffe Diisukan Terjangkit Corona, Aktor Harry Potter : Jangan Percaya

Baca: Akhir Cerita Terdakwa Ancam Penggal Kepala Jokowi, Akhirnya Bebas setelah Dipenjara 10 Bulan

Kabupaten Sumba Barat, 8 orang dirawat, jumlah naik dari 4 pasien.

Erlina mengatakan, data itu didapat dari 1 Januari 2020 hingga 10 Maret 2020.

Dinas Kesehatan Provinsi NTT telah membentuk tim yang turun ke sejumlah kabupaten kota paling parah terpapar DBD.

Istana Serius

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menaruh perhatian serius terhadap fenomena demam berdarah dengue (DBD) yang makin meluas di Indonesia.

Tumpukan pakaian bisa menjadi tempat nyamuk bersarang.
Tumpukan pakaian bisa menjadi tempat nyamuk bersarang. (Shutterstock)

Tercatat, dalam kurun waktu tahun 2020, terdapat 104 kematian akibat wabah DBD.

"Ini juga menjadi atensi serius, jangan hanya fokusnya ke corona (Covid-19). Itu (DBD) juga banyak korban," kata Moeldoko.

Moeldoko menambahkan, wabah DBD juga harus dimitigasi agar jumlah korban yang terinfeksi maupun meninggal dapat diturunkan.

Oleh sebab itu, pemerintah memastikan bekerja untuk menangani masalah tesebut. Tentunya dibantu peran masyarakat.

"Harus dimitigasi makin serius lagi," jelasnya.

Baca: Pakar dan Teman Ungkap Isi Hati Pangeran Harry dan Meghan Markle: Diabaikan hingga Tak Ada Pelukan

Baca: Hasil Uji Obat Corona Buatan Iran Diklaim Berhasil Turunkan Gejala Pasien dalam 48 Jam

Moeldoko menyebut Menkes Terawan Agus Putranto telah terjun langsung ke lapangan meninjau lokasi wabah DBD.

"Menkes sudah ke titik lokasi, sudah melihat perkembangannya dengan baik," terangnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga dihadapkan pada penyakit demam berdarah dengue (DBD) selain virus corona. Tingkat kewaspadaan keduanya tetap dijaga.

"DBD bukan sesuatu yang baru kita kenal. Jadi meski sedang hadapi pengendalian tentang COVID-19, kewaspadaan terhadap DBD tetap kita jaga," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti.

Dinkes DKI mengungkap angka kasus DBD periode ini menurun dari periode tahun sebelumnya.

Jumlah penderita DBD di bulan Januari 2019 sebesar 989 jiwa. Sedangkan pada Januari 2020 hanya 276 orang.

Sementara di bulan Februari 2019 ada 1.569 orang penderita DBD.

Tapi pada Februari 2020 menurun hingga lebih dari setengahnya, yakni 600 orang.

Begitu pula pada angka penderita DBD di bulan Maret 2019 dengan 1.983 orang, berbanding 90 orang hingga 11 Maret 2020.

Salah satu faktor DBD yaitu datangnya musim penghujan yang menyebabkan kelembaban atau adanya genangan pada sudut-sudut wilayah dekat rumah.

Tempat tersebut jadi lokasi sempurna bagi nyamuk penyebab DBD Aedes aegypti.

Menanggulanginya, Pemprov DKI berkoordinasi dengan BMKG dalam hal early warning system atau sistem peringatan dini di musim hujan.

Di sisi lain masyarakat juga diimbau menerapkan hidup sehat dan menggalakkan gerakan PSM 3M.

Gerakan ini bermakna pemberantasan sarang nyamuk (PSM) dan menutup, menguras dan mengubur (3M) barang-barang bekas.

Wadah yang bisa menampung air juga diimbau untuk ditutup.

Hal ini guna mencegah nyamuk masuk untuk bertelur dan berkembang biak.

"Termasuk bagaimana bahu membahu dengan segenap lapisan masyarakat melalui gerakan PSM 3M," kata Widyastuti.

Komisi IX DPR meminta pemerintah bergerak cepat menangani penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang melanda berbagai daerah di Indonesia.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh mengatakan, DBD merupakan penyakit langganan yang ada di Indonesia dan saat ini seluruh wilayah memiliki potensi menjadi kejadian luar biasa (KLB) DBD.

"Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh mengesampingkan persoalan DBD (di tengah penanganan corona)," ujar Nihayatul.

Nyamuk Aedes Aegypti, penyebab demam berdarah dengue.
Nyamuk Aedes Aegypti, penyebab demam berdarah dengue. (Shutterstock)

Ia pun meminta, pemerintah harus melakukan penelitian yang mendalam tentang DBD, sehingga tidak terulang setiap tahunnya.

Di mana, untuk kasus DBD di Nusa Tenggara Timur (NTT), kata Nihayatul, pemerintah harus langsung bergerak cepat mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan nyamuk tersebut.

"Pemerintah sudah kirim beberapa dokter spesialis ke NTT dan ini harus dievaluasi. Pemerintah harus all out untuk menanganinya," ucapnya.

Penyakit DBD telah melanda masyarakat yang tinggal di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Lampung.

Jumlah korban meninggal karena DBD mencapai 80 orang lebih dan jumlah pasien yang dirawat sebanyak 14 ribu lebih.(Tribun Network/dan/yud/sen/kps/wly)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved