Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Syarat agar Pemda Boleh Tangani Sendiri Kasus Virus Corona

Anies Baswedan dan Ridwan Kamil ingin penanganan virus corona tak harus di Jakarta oleh pemerintah pusat. Jubir Achmad Yurianto jawab begini.

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Tiara Shelavie
YouTube Najwa Shihab
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap daerahnya diberi wewenang untuk menangani kasus virus corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap daerahnya diberi wewenang untuk menangani kasus virus corona.

Menanggapi permintaan itu, Juru Bicara Pemerintah terkait Virus Corona, Achmad Yurianto, menyebut tidak bisa serta merta memberi wewenang daerah untuk menangani Covid-19.

Dilansir Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Yurianto dalam Mata Najwa unggahan YouTube Najwa Shihab, Rabu (11/3/2020).

"Bagaimana kalau tadi ada dua daerah yang sudah mengajukan permintaan, 'Boleh dong, Jakarta dan Jawa Barat memeriksa sendiri tidak harus terpusat di Jakarta?'" tanya Najwa Shihab.

Yurianto menyebut pemerintah bisa saja melakukan desentralisasi sehingga daerah bisa ikut menangani kasus virus corona.

Namun ada standar mutlak yang harus dipenuhi oleh daerah.

Ia menekankan pemeriksaan virus corona tidak bisa asal seperti cek darah biasa.

"Kalau pemeriksaan tidak ada masalah. Tetapi harus ada persyaratan mutlak, bahwa ini harus biosecurity level 2 untuk pemeriksaan virus," ujar Yurianto.

"Jika persyaratan ini dipenuhi, tidak ada masalah, karena ini pemeriksaan virus tidak sama dengan memeriksa laboratorium darah dan lain sebagainya," sambungnya.

Baca: Anies Baswedan Singgung Simulasi Virus Corona dengan Skenario Terburuk, 2 Minggu 6000 Kasus

Baca: Anies Putuskan Tunda Formula E, PSI: Tepat Walaupun Terlambat

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto(KOMPAS.com/Ihsanuddin) Pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah 7 orang, kini total ada 34 kasus virus corona di Tanah Air.
Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto(KOMPAS.com/Ihsanuddin) Pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah 7 orang, kini total ada 34 kasus virus corona di Tanah Air. (KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Yurianto menambahkan, sebenarnya pemerintah pusat sudah tahu daerah mana saja yang berkapasitas untuk memeriksa virus corona.

"Oleh karena itu kita memiliki jejaring dalam kaitan pemeriksaan virus," kata Yurianto.

"Pusat tahu kok daerah yang memiliki kapasitas atau institusi yang memiliki kapasitas itu," sambungnya.

Untuk mendukung kapasitas yang sudah ada di daerah, pemerintah pusat tengah mempersiapkan balai di 10 kota.

"Oleh karena itu, ini yang kemudian akan kita siapkan di minggu ini ada 10 Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan yang tersebar di 10 kota di Indonesia," paparnya.

Nantinya, balai tersebut mampu untuk mendeteksi ada tidaknya virus corona dalam tubuh pasien.

Meski demikian, penanganan pasien yang terinfeksi belum sepenuhnya bisa dilakukan di daerah.

"Sudah masuk dalam persiapan. Dan kita sudah mendatangkan 10.000 kit untuk tes PCR, tetapi tidak untuk genome sequencing," jelas Yurianto.

"PCR adalah screening awal untuk memeriksa, kalau positif, akan diperiksa dengan genome sequencing," tambahnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ingin mengadakan simulasi demi kesiapan menghadapi merebaknya virus corona.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ingin mengadakan simulasi demi kesiapan menghadapi merebaknya virus corona. (YouTube Najwa Shihab)

Anies Ingin Adakan Simulasi

Dalam tayangan itu, Anies mengklaim bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya sudah siap sebelum korban virus corona berjatuhan di Indonesia.

Ia kemudian berkaca pada negara-negara lain seperti Tiongkok, Iran, Amerika Serikat, Italia, hingga Korea Selatan yang baginya terlambat dalam segi persiapan.

Ketidaksiapan negara-negara tersebut membuat jumlah kasus virus corona melonjak luar biasa.

"Kita lihat Indonesia menghadapi situasi ini sekarang, tapi kita sudah punya contoh di Wuhan, Tiongkok, itu bulan Desember-Januari," ujar Anies.

"Lalu beberapa minggu ini, Eropa, Iran, Korea (Selatan), kita menyaksikan lompatan luar biasa, ada pattern di sini," sambungnya.

Anies memaparkan dua pilihan, yang pertama, negara bersikap santai di awal seperti negara-negara yang sudah ia sebutkan hingga korban terus bertambah.

"Kita bisa dua pilihan ini. Pilihan pertama, ambil rute seperti Iran, Amerika (Serikat), Korea Selatan, Italia, di awal rileks, lakukan pengetesan terbatas," jelas Anies.

"Lalu jumlahnya (korban) bertahap meningkat, di Italia saya lihat datanya pada 20 Februari itu cuma 4 kasus. Dalam 18 hari, menjadi 9172," sambungnya.

"Kemudian sesudah itu lompat, pemerintahnya bertindak untuk melakukan penutupan, pembatasan, semuanya, itu satu model."

Baca: Virus Corona Bisa Bertahan di Plastik dan Stainless hingga 3 Hari

Baca: Kondisi Tom Hanks di Australia sebelum Terinfeksi Virus Corona

Sementara itu pilihan kedua adalah bersikap seperti Singapura, Vietnam, dan Selandia Baru yang sudah waspada sejak awal.

"Model kedua, ada Singapura, ada Vietnam, ada Selandia Baru, mereka melakukan yang dikerjakan negara-negara itu tapi di masa awal," kata Anies.

"Nah, Jakarta, kami kumpulkan semua dan kami katakan 'Kami akan lakukan yang dikerjakan di fase awal, supaya tidak terjadi peningkatan jumlah kasus'," paparnya.

Sejauh ini, Anies sudah mengkoordinir jajarannya untuk sebisa mungkin mencegah penyebaran Covid-19 ini.

Bahkan ia menyiapkan skenario terburuk seperti lonjakan kasus di Italia jika sampai persiapan tidak dilakuakn sejak dini.

"Kita menggunakan case terburuk untuk menyiapkan jarak, bukan berharap ini kejadian. Kita tidak menginginkan ini terjadi," tegas Anies.

"Tapi kalau kita rileks seperti di Italia, bayangkan 18 hari dari 4 jadi 9000. Kalau di Jakarta kita simulasi dengan kondisi sekarang," imbuhnya.

Meniru Singapura, Anies menyiapkan skenario kasus virus corona sudah mencapai 6000 dalam waktu 2 minggu.

"Kalau 2 minggu ke depan, kita tidak melakukan langkah-langkah yang serius, punya potensi bisa 6000 kasus, 840 parah, 300 kritis," kata Anies.

"Ini simulasi dengan menggunakan skenario terburuk, jika kita mengerjakan seperti yang dikerjakan Singapura, Selandia Baru, Vietnam," jelasnya.

Anies berharap simulasi dengan skenario terburuk itu diperbolehkan untuk diterapkan oleh pemerintah pusat.

Sehingga seluruh daerah berwenang untuk memeriksa suspect virus corona hingga melakukan karantina.

Diketahui, hingga saat ini tercatat sudah ada 34 kasus virus corona di Indonesia.

Di antaranya 4 pasien sudah dinyatakan negatif atau bebas dari virus corona dan 1 meninggal dunia.

Berikut video lengkapnya:

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved