Senin, 6 Oktober 2025

Ibu Kota Baru

Bantah Ahok jadi 'Anak Emas' Jokowi, Ali Ngabalin: Orang Nyinyir, Istilah Apa Saja Bisa Dipakai

Ali Mochtar Ngabalin angkat bicara soal terpilihnya ahok menjadi kandidat pemimpin ibu kota baru dan anggapan Ahok sebagai anak emas Jokowi.

Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Sri Juliati
Tribunnews.com/ Taufik Ismail
Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin, Minggu, (9/2/2020). 

Sehingga menurutnya tidak ada perlakuan khusus yang diberikan oleh Jokowi kepada Ahok ini.

Baca: Jokowi Diingatkan Ikuti Tahapan Aturan Pemindahan Ibu Kota Negara

Baca: Ahok Masuk Kandidat Calon Pemimpin Ibu Kota Baru, Sandiaga: Bukannya Baru Jadi Komut Pertamina?

Ia pun menanggapi santai kepada pihak-pihak yang menganggap Ahok sebagai anak emas dari Jokowi.

"Kalau orang nyinnyir ya istilah apa saja bisa dipakai," ujar Ali Ngabalin.

"Tidak ada yang namanya anak emas, perak, berlian, yang ada itu adalah anak putera terbaik indonesia yang memiliki kemampuan," tegasnya.

Pengamat Politik Soroti Masuknya Ahok Jadi Calon Bos Ibu Kota Baru

Pengamat Politik, Ujang Komarudin
Pengamat Politik, Ujang Komarudin (YouTube Kompas Tv)

Pengamat Politik, Ujang Komarudin memberikan kritikan tajam terkait munculnya Ahok dalam bursa pemimpin atau kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru.

Ujang menyebut, banyak orang yang lebih pantas menjadi kandidat bos Ibu Kota Baru dibanding Ahok.

Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi penolakannya terhadap wacana penunjukan Ahok tersebut.

Satu di antaranya yakni kasus penistaan agama yang pernah menyeret Ahok ke penjara.

"Saya punya pandangan yang berbeda tentang Ahok," kata Ujang yang dikutip dari YouTube Kompas tv, Selasa (10/3/2020). 

"Pertama, Ahok itu secara hukum pernah dipidana, diakui atau tidak walaupun memang pidananya penistaan agama, itu menjadi cacatatan penting bagi bangsa ini," imbuhnya.

Baca: Bahas Bos Ibu Kota Baru, Pengamat: Pemimpin IKN Harus Cepat Belajar

Sementara itu, jika dilihat dari rekam jejaknya, Ujang menilai akan sulit mengukur kemampuan Ahok sebagai kepala daerah.

Pasalnya, Ahok tidak pernah selesai saat mengemban suatu jabatan tertentu.

"Kedua, Pak Ahok juga setengah-setengah ini, waktu di DPR tidak tuntas , wakil gubernur, dan gubernur juga setengah-setengah belum selesai," jelas Ujang.

"Jadi di mana kita akan mengukur kemampuan Ahok sebagai kepala daerah, ini menjadi catatan penting," kata Ujang.

Kendati demikian, Ujang mengatakan tidak akan mengkritik Ahok jika memiliki kemampuan yang baik.

"Ketiga, saya melihat kita tidak pernah nyinyir kepada siapapun ketika dia mampu," jelas Ujang.

"Tetapi saat melihat track record-nya, pertimbangan secara profesional, kemampuan itu masih banyak yang lain," tegasnya. (*)

(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved