Virus Corona
Ditemukan Pasien Positif Virus Corona Tanpa Terlihat Gejala, Ini Penjelasan Kemenkes
Adapun perkembangan virus SARS yang bermula dari Guangdong, Tiongkok pada 2002 lampau dalam 2,5 tahun pernah perlahan menghilang.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara pemerintah khusus penanganan virus Corona, Achmad Yurianto mengatakan beberapa kasus Pasien positif Corona yang ditemukan tanpa terlihat gejala sama sekali.
Achmad Yurianto yang merupakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan memaparkan kecenderungan yang sedang terjadi di seluruh negara terkait penyebaran virus Corona atau covid-19.
Menurut keterangannya, saat ini sering ditemukan pasien positif Corona, namun tidak mengalami gejala klinis minimal seperti ciri-ciri yang digambarkan saat virus Corona mulai mewabah di Hubei, Cina.
"Beberapa kasus bahkan kita temukan tanpa gejala. Kita temukan kasus positif konfirm laboratoriumnya, tetapi tanpa gejala sama sekali," ungkap Yuri, dilansir KompasTV Live.
-
Baca: FAKTA WN Jepang Tulari Corona di Indonesia: Hanya Datang ke Pesta Dansa, Kontak Dekat dengan Korban

Oleh karenanya, pola-pola yang terjadi pada kasus ini harus mulai dicermati masyarakat.
Tak hanya itu, Yuri menyampaikan WHO juga melakukan penelitian yang lebih dalam tentang ini.
Sikap WHO ini dilakukan tak lain agar seluruh negara dapat mencegah virus Corona yang mirip virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) tidak masuk ke dalam masing-masing negara di dunia ini.
"Pola ini hampir mirip dengan apa yang terjadi di 2002 pada waktu Corona yang berasal dari strange yang lain, yang kita kenal sebagai SARS," kata Yuri.
Adapun perkembangan virus SARS yang bermula dari Guangdong, Tiongkok pada 2002 lampau dalam 2,5 tahun pernah perlahan menghilang.
Baca: Virus Corona Positif Masuk Indonesia, Benarkah Covid-19 Mudah Menyebar? Ini Penjelasannya
Di sisi lain, Yuri menyampaikan perkembangan wabah virus Corona di Cina kini terjadi penyusutan angka.
Bahkan tambahan kasus pada hari kemarin, Selasa (2/3/2020) hanya terdapat 20 kasus.
Hal ini berarti jumlah terkecil di dalam peristiwa kejadian penyebaran virus Corona sejak Januari sudah semakin menurun.
Kendati demikian, hal yang patut menjadi permasalahan adalah bertambahnya kasus di luar Cina yang semakin naik.
"Nah, kalau kemudian kita lihat di Cina yang semakin naik ini hampir 81 persen itu terfokus di 4 negara saja yaitu di Korea Selatan, Jepang, Iran, dan Italy. Ini yang menjadi permasalahan yang harus kita hadapi sekarang," jelas Yuri.

Yuri pun menyampaikan, virus Corona yang mulai mewabah di Indonesia tersebut hanya dapat ditularkan melalui kontak dekat dengan pasien terinfeksi.
Hal ini terjadi ketika orang yang terinfeksi virus Corona mengalami batuk, bersin, dan melakukan interaksi (bicara).
Yuri menegaskan bahwa virus Corona dimungkinkan akan menular hanya dalam jarak sekitar satu meter dari orang terinfeksi.
"Oleh karena itu logika kita, sehebat apapun orang sakit itu nggak mungkin brokletnya, percikan ludahnya itu terlemparnya sampai satu kilo dari mulutnya," tegas Yuri.
Baca: Peluang Kematian akibat Virus Corona Terungkap, NHS: 9 dari 1.000 Kasus, Setara 1 Persen
Baca: Achmad Yurianto Sampaikan Kondisi Terkini 2 WNI yang Positif Virus Corona, Semakin Membaik
Ia pun menyinggung penggunaan masker yang terlalu berlebihan di kehidupan sosial seusai Presiden Jokowi mengumumkan adanya 2 WNI warga Depok, Jawa Barat positif Corona.
Yuri menegaskan seharusnya penggunaan masker hanya dikenakan oleh orang yang terinfeksi atau sedang sakit.
Menkes Terawan: Masker Hanya untuk yang Sakit
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, berdasarkan keputusan WHO, penggunaan masker hanya diperuntukkan terhadap pasien yang sakit.
Sedangkan untuk yang sehat tidak perlu memakai masker.
"Yang pakai itu yang sakit. Yang tidak sakit, yang sehat itu ndak perlu pakai (masker). Itu keputusan WHO, maupun dari Amerika, semua sama, seluruh dunia sama keputusannya," ungkap Terawan, dilansir KompasTV.
Hal ini dilakukan agar pasien terinfeksi virus Corona tidak menularkan kepada yang lainnya.
Sementara, bagi orang yang sehat hanya diperlukan perlindungan seperti menjaga kebersihan yang higenis.

Selain itu, juga menjaga daya tahan tubuh atau imunitas tidak menurun.
Terawan mengingatkan jika memang terdapat teman dekat yang sedang sakit, maka sebaiknya tidak perlu mendekat ataupun berinteraksi sementara waktu.
Untuk itu masyarakat diimbau tidak panik ataupun memborong masker secara berlebihan.
Lebih lanjut Terawan mengingatkan jika seseorang mengalami rasa takut dan khawatir yang terlalu berlebihan maka juga akan berpengaruh pada imunitasnya itu sendiri.
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)