Polri Selidiki Fenomena Munculnya Kerajaan atau Kekaisaran Fiktif di Indonesia
Mabes Polri bakal mendalami fenomena munculnya sejumlah kerajaan atau kekaisaran fiktif di Indonesia belakangan ini.
Bahkan beberapa persiapan dilakukan untuk membuat kerajaan tersebut.
Di antaranya yakni dengan menyelanggarakan berbagai acara kirab serta ritual.
"Waktu di Borobudur tanggal 14 Agustus 2018 itu ada doa bersama lintas budaya dan agama dan perdamaian dunia," ungkap Eko.
Setelah acara di Borobudur tersebut, menyusul acara doa bersama dan kirab di Gunung Tidar Magelang.
"Itu kirab di Gunung Tidar, dalam kirab setelah itu diadakan ritual. Ritualnya kayak orang dulu, pakai ada tumbal dengan menyembelih ayam, darahnya untuk memagari," sambungnya.
Masih berlanjut, acara serupa juga dilakukan di kawasan Dieng beberapa bulan setelahnya.
"Selang beberapa bulan lagi itu mengadakan kirab lagi di Dieng dari kawah Candradimuka sampai patung Arjuna," katanya.
Bahkan ritual juga dilakukan di kawasan Prambanan dengan maksud untuk meminta perizinan.
"Dalam ritual itu, istilahnya meminta atau memohon, setelah itu diadakan penghargaan yang dari dulu ikut kegiatan," terangnya.
Eko yang menjabat sebagai Kasi Pemerintahan di Desa tempat ia tinggal itu mengaku, jutaan rupiah telah ia keluarkan untuk menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat.
Bahkan ia sampai harus berhutang kepada orang lain.
Namun akhirnya semua uang yang dikelaurkan Eko tersebut hanyalah harapan palsu dan berakhir dengan gigit jari.
Eko baru menyadari bahwa dirinya tertipu oleh Totok Santosa saat acara deklarasi Kerajaan yang dihadiri oleh sejumlah media pada Minggu (12/1/2020).
"Itu ada temu wartawan, dengan adanya pak Totok ditanya, bapak warganya mana, KTP-nya mana, kedua saat ditanya Pak Totok mengakui NKRI tidak, itu ya sudah pasrah," ungkapnya.
Sementara itu, Raden Rangga Sasana, petinggi Sunda Empire yang juga hadir di ILC tak menampik jika Totok Santosa pernah menjadi bagian dari Sunda Empire.