Minggu, 5 Oktober 2025

Kata Sekjen PDIP Soal Isu 'Jalur Rempah'

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengakui 'jalur rempah' bukanlah isu seksi untuk diangkat dalam isu politik nasional

TRIBUNNEWS/FRANSISKUS ADHIYUDA
PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan (PDIP) menentang arus dengan membahas isu 'jalur rempah' pada rapat kerja nasional (Rakernas) I 2020 sekaligus perayaan HUT ke-47 PDIP, pada Januari 2021 mendatang.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengakui 'jalur rempah' bukanlah isu seksi untuk diangkat dalam isu politik nasional.

Baca: Soal Bakal Calon Wali Kota Solo, Hasto Kristiyanto: Survei Bukan Jadi Patokan Utama

Namun, Hasto enggan pembahasan di dunia politik hanya dikuasai oleh isu politik kekuasaan yang liberal.

"Di mana media lebih suka melihat sesuatu yang bertarung berhadap-hadapan, meributkan gagasan-gagasan yang bisa memecah belah bangsa. Kami justru melihat bangsa kita sebenarnya lebih butuh gagasan yang menggelorakan kemajuan dan semangat berdikari," ujar Hasto, saat membuka diskusi 'Potensi Rempah Nusantara untuk Kemajuan Indonesia', di Kantor DPP PDIP, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2019).

Oleh karenanya, Hasto mengatakan PDIP ingin mengajak semua pihak membicarakan kuliner Indonesia yang notabene paling lengkap sedunia.

Hal itu dibuktikan dengan Soekarno yang pernah membuat buku berjudul Mustika Rasa.

Buku tersebut berisikan lebih dari seribu resep makanan dengan berbagai varian serta cita rasa khas Indonesia.

Selain itu, kata Hasto, pembahasan isu 'jalur rempah' akan membuat masyarakat Indonesia ingat bahwa memiliki potensi pengembangan produk nusantara.

Seperti kayu cendana, kayu manis, pala, kapulaga, dan cengkeh.

"Aroma cendana misalnya, ini memiliki fungsi healing, menyembuhkan. Jadi ketika jalanan macet, pusing mendengar Taman Ismail Marzuki dibangun hotel tanpa mengingat kebudayaan kerakyatan, aromanya bisa menyembuhkan," kata Hasto seraya tersenyum.

Politikus kelahiran Yogyakarta tersebut juga mengatakan pihaknya berusaha mengajak semua orang melihat keluar.

Menurutnya, Indonesia butuh kemajuan demi bersaing di tingkat dunia dan bukannya ribut, saling mencaci atau mengkafirkan dalam negeri sendiri. "Maka kami mengajak untuk outward looking," jelasnya.

Isu 'jalur rempah' juga diyakini Hasto dapat mengajak masyarakat melihat kemampuan riil masyarakat untuk hidup sehari-hari.

Baca: Perjalanan Gibran Rakabuming Menuju Pilkada Solo, Enggan Terjun Politik karena Kukuh Jadi Pebisnis

Di mana ukuran kemakmuran tidak akan lagi dilihat berdasarkan indeks Bank Dunia.

"Maka berpolitik bagi kami adalah dalam pengertian membumi, bagaimana membentuk kehidupan kita berdasar apa yang kita punya itu. Jadi ilmu yang kita gali bukan ilmu ke Mars, tapi bagaimana mengolah rempah dan sumber daya kita dengan berbasis ilmu dan teknologi kita sendiri. Dan kami mencari ruang berpolitik bukan berantem demi kekuasaan. Jadi politik yang substansi," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved