Nadiem Makarim Buka-bukaan Alasan Dirinya Menjadi Menteri dan Tinggalkan Gojek: Awalnya Grogi!
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim buka-bukaan alasan meninggalkan Gojek dan beralih menjadi menteri. Ia mengatakan sempat merasa grogi.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim buka-bukaan kepada Najwa Sihab soal alasan dirinya meninggalkan Gojek dan memilih menjadi menteri.
Nadiem mengungkapkan kesedihannya meninggalkan usaha yang bangunnya dari nol hingga sekarang memiliki banyak karyawan dan tim.
"Ya memang itu kan sebenarnya saya cukup sedih meninggalkan. Itu keluarga saya, semuanya dari mitra-mitra driver, tim saya di perusahaan sebelumnya itu," ungkap Nadiem dalam acara Mata Najwa Trans7 pada Minggu (1/12/2019).
Lulusan Havard University itu mengatakan dirinya sempat merasa takut untuk menerima pinangan Jokwi menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju.
"Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, menurut saya itu namanya keberanian adalah untuk bisa mengakui ketakutan tapi tetap melangkah ke depan," ujarnya.
Nadiem pun juga merasa grogi, namun dari situ lah menurutnya hal ini adalah sesuatu yang besar.
"Kalau nggak ada rasa takut berarti yang kita lakukan itu biasa-biasa aja. Kalau mau melakukan hal luar biasa pasti ada rasa takutnya. Luar biasa Mas Menteri," timpal Najwa Sihab menegaskan.
Nadiem Makarim menceritakan awal dia bekerja menjadi menteri.

Ia mengaku sempat grogi pertama kali masuk kerja di lingkungan pemerintah.
"Jadi waktu pertama kali masuk ini udah kira-kira 3-4 Minggu ya. Awalnya sih grogi. Lingkungan di dalam pemerintahan itu banyak juga orang-orang yang baik, orang-orang dengan yang integritas yang tinggi," ungkap Nadiem Makarim.
Di sisi lain dirinya mengeluhkan adanya aturan yang mesti diperbaiki.
"Cuma ya sistemnya, kadang-kadang aturannya banyak. Banyak izin-izin, surat-surat, tanda tangan. Itu aja yang perlu sedikit adjustment (aturan)," sambungnya.
Diketahui pertama kali Nadiem Makarim masuk ke dalam kantornya yang baru, ia tampak meminta izin untuk merombak tatanan ruang kerja.
Alasannya agar dapat mendukung cara bekerja untuk menjadi inovatif dengan paradigma bekerja adalah solution oriented .
Nadiem mengatakan banyak ruangan kerja yang tersekat-sekat, sehingga karyawan tidak bisa melihat satu sama yang lain.
Ia berpandangan seperti ruangan para millenial bekerja yang dapat bertemu dan melakukan perbincangan, sehinga saling berinovasi.
Berdasarkan latar belakangnya dari seorang pengusaha, ia mengaku sempat deg-degan dan memikirkan tawaran presiden di bidang pendidikan.
"Tentunya saya mikir gitu. Deg-degan dan mikir. Cuma karena bidangnya pendidikan, saya langsung secara otomatis ya harus menerima," kata Nadiem mengungkapkan.
Nadiem mengatakan, melalui pendidikan ia akan melakukan lompatan ke depan untuk negara ini dengan membentuk generasi yang adaptif, kreatif, dan bisa unggul di panggung dunia bukan hanya Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya ia ditunjuk sebagai menteri, ia mengatakan sering berbincang dengan Presiden Jokowi.
Dalam perbincangannya tersebut, ia bersama Presiden sering membahas mengenai Sumber Daya Manusia di Indonesia.
"Iya bener. Karena uda lama ya berbicang-bicang dengan Pak Presiden. Sebelumnya itu, kita konsultasi mengenai berbagai macam hal. Tetapi setiap kali ujung-ujungnya itu ke SDM," ujar Nadiem.
Bermula dari saling berbincang tersebut, selanjutnya Presiden akhirnya memilihnya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (*)
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)