Asosiasi Penerima Beasiswa Amerika-Indonesia Sarankan Pemerintah Beri Pelatihan Tepat Sasaran
Alpha I, menyarankan pemerintah meningkatkan kapasitas tenaga kerja terampil Indonesia lewat pelatihan yang efisien dan tepat sasaran.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Penerima Beasiswa Amerika-Indonesia yang didirikan pada 2012 dan beranggotakan sekira 400-an anggota, Alpha I, menyarankan pemerintah meningkatkan kapasitas tenaga kerja terampil Indonesia lewat pelatihan yang efisien dan tepat sasaran.
Hal itu menyusul Kamar Dagang Amerika Serikat yang mengeluhkan minimnya tenaga kerja terampil di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Alpha-I, Suparlan Lingga, mengatakan peningkatan kapasitas itu juga bisa dilakukan melalui transfer pengetahuan dan keterampilan dari warga negara Indonesia yang pernah belajar atau magang di luar negeri.
Baca: Korban Pengeroyokan Suporter Malaysia Tuntut Syed Saddiq Tarik Ucapan soal Klaim Hoaks
"Kita berharap pemerintah bisa memfasilitasi transfer pengetahuan yang masif dan memiliki daya ungkit yang tinggi. Bukan sekadar pelatihan-pelatuhan yang rutin, tapi bisa menjawab kebutuhan nyata, apalagi di tengah disrupsi industri dan teknologi," kata Lingga usai soft launching buku rekomendasi Alpha I terhadap kebijakan pemerintah di kawasan Menteng Jakarta Pusat pada Jumat (22/11/2019).
Ia menilai saat ini Indonesia punya potensi sumber daya manusia karena kelompok usia produktif masih cukup besar meski belum dimaksimalkan.
Lingga pun menanggapi terkait rencana pemerintah yang akan meluncurkan Kartu Prakerja guna meningkatkan kapasitas dan keterampilan masyarakat usia produktif.
Menurutnya, jika dilakukan tepat sasaran program tersebut dapat membantu.
Namun ia juga mempertanyakan terkait pemetaan terhadap kebutuhan tenaga kerja saat ini.
"Saya belum pernah melihat kajian pemetaan kebutuhan. Misalnya pelatihan apa saja yang dibutuhkan, kompetensi yang prioritas, kecenderungan perubahan pasar tenaga kerja, dan sebagainya," kata Lingga.
Baca: Mulai Dijual Resmi Tanggal 6 Desember 2019, Ini Harga Jual iPhone 11 di Indonesia, Tertarik Beli?
Ia pun mendorong agar pemerintah juga memberikan keterampilan yang tidak sekadar teknis. Melainkan juga keterampilan yang lebih strategis.
"Jadi ke depan, SDM kita akan menjadi profesional yg memiliki kemampuan middle level manager ke atas yang bisa bersaing di tengah kompetisi global," kata Lingga.
Diberitakan sebelumnya, Kamar Dagang Amerika Serikat (AS) mengeluhkan ada beberapa tantangan dalam berbisnis di Indonesia, mulai dari tenaga kerja kurang terampil hingga banyak korupsi.
Wakil Presiden Senior Asia di Kamar Dagang AS Charles Freeman mengatakan, selama masa jabatan pertama Presiden Joko Widodo, pemerintah Indonesia berfokus pada deregulasi untuk menarik lebih banyak investor asing.
Namun, ia menyampaikan, laporan pihaknya mengungkapkan bahwa sebagian besar perbaikan telah dalam tahap awal untuk bisnis baru.
"Begitu izin dikeluarkan dan bisnisnya didirikan, masalah operasional yang biasa dan bahkan lebih mendasar tetap ada. Hal itu termasuk kurangnya pekerja terampil, ketidakpastian kontrak dan peraturan, dan korupsi," ujarnya di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Sementara, dengan masa jabatan kedua Presiden Joko Widodo dimulai dan kabinet barunya baru saja diumumkan, komunitas bisnis Amerika ingin sekali mendengar rencana pemerintahannya.
Tujuannya, lanjut Charles, yakni untuk reformasi ekonomi dan peraturan yang akan terus membuka Indonesia bagi investor asing.
"Perusahaan-perusahaan Amerika yang ada di sini sudah siap berinvestasi untuk membantu Indonesia mencapai tujuan pembangunannya yang ambisius," pungkasnya.