Minggu, 5 Oktober 2025

Sindir Paloh, Pakar Gestur: Ini Sudah Bukan Sinyal dari Jokowi, Tapi Peringatan Keras

Bahasa Jokowi disebutnya seringkali memiliki makna tersirat. Namun kali ini sindirannya sudah dinilai memiliki makna tersurat.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) berjabat tangan dengan Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) usai mengadakan pertemuan di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan saling menjajaki untuk menyamakan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Psikolog politik Dewi Haroen, mengatakan sindiran Presiden Joko Widodo pada Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh merupakan peringatan keras.

Dewi mengatakan budaya Jawa yang melingkupi personality (kepribadian) Jokowi sudah tak terlihat dalam gesturnya dan pernyataannya kemarin, dalam acara HUT Golkar ke-55 di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Bahasa Jokowi disebutnya seringkali memiliki makna tersirat. Namun kali ini sindirannya sudah dinilai memiliki makna tersurat.

Baca: Jokowi Sindir Surya Paloh Bertemu PKS, NasDem: Cuma Guyonan

Baca: Istana Jamin Lima Nama Calon Dewan Pengawas KPK Kredibel dan Kompeten

"Jadi bukan hanya gestur saja. Itu terlihat tangan memeluk. Bukan hanya ucapannya saja memeluk, tapi tindakan beliau tangannya itu jelas ada gestur tangan memeluk. Jadi dalam hal ini tidak lagi tersirat, tapi sudah tersurat. Artinya ada penekanan yang tinggi pada kata-kata itu," ujar Dewi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (7/11/2019).

"Jadi interpretasi saya, ini tidak sekedar gestur lagi. Karena gestur itu kan sinyal, nah ini bukan sinyal lagi tapi sudah peringatan keras," imbuhnya.

Peringatan keras itu, kata dia, turut ditegaskan Jokowi saat mengingatkan Paloh jika Nasdem masih berada dalam koalisinya.

Dalam konteks politis biasanya para pelakunya memiliki batas menyampaikan makna secara tersirat.
Namun pakar gestur ini melihat Jokowi sudah terbawa perasaan terkait pertemuan Paloh dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.

"Kalau politis kan lebih menutup diri, tidak menggunakan kata-kata tersurat. Tapi ini sudah masuk ke perasaan Jokowi, terbukti dari gestur pelukan, ucapan dan tindakan Jokowi terlihat jelas. Jadi disini sudah bukan politis yang bermain, tapi perasaan," kata dia.

Lebih lanjut, ia mengatakan Jokowi sudah tak sabar menyampaikan peringatannya. Terbukti dirinya tak berusaha menyampaikan hal itu di belakang panggung, tetapi di depan orang-orang dan langsung ke orangnya.

"Seharusnya kan bermain politik di belakang panggung, tapi ini pak Jokowi sudah nggak sabar. Langsung to the point ke pak Surya Paloh di depannya. Nggak mau lagi di belakang panggung, langsung ngomong di depannya dan di depan orang-orang," tandasnya.

Jangan Pandang Remeh

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengimbau Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh untuk tak memandang remeh sindiran dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Surya Paloh nggak boleh dan nggak bisa memandang remeh sindiran Pak Jokowi. Karena Pak Jokowi jarang melakukan sindiran di depan umum seperti itu," ujar Hendri, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (7/11/2019).

Menurutnya, meski sindiran Jokowi terkesan seperti bercanda namun ada makna tersirat yang dilontarkan dari sindiran tersebut.

Baca: Tanggapi Rangkulan Surya Paloh dengan Sohibul Iman, Jokowi: Tidak Pernah Saya Dirangkul Seerat Itu

Baca: Disindir Jokowi Tersenyum Lebh Cerah Saat Peluk KetuaUmum PKS, Begini Jawaban Surya Paloh

Founder lembaga survei KedaiKOPI itu juga menilai sindiran Jokowi adalah upaya untuk meminta penjelasan terkait pertemuan Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, beberapa waktu lalu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved