Pemerintah Anggap Radikalisme sebagai Ancaman, Rocky Gerung: Saya Tiap Hari Terpapar Radikalisme
Penangkalan radikalisme dan intoleransi menjadi visi misi presiden dalam lima tahun ke depan. Rocky Gerung membantah akan adanya bahaya ide radikal.
Ia menjelaskan dengan contoh analogi yang logis mengenai paparan radikalisme tersebut.
"Saya ingin bikin negara Islam nih, tadi pagi saya berpikir begitu karena saya menganggap banyak dosa di seluruh kota. Tiba-tiba dosanya hilang gitu, karena orang menganggap kewarganegaraan lebih penting dari pada intensitas agama, maka berhenti ilusi saya buat negara Islam," ujar Rocky.
"Saya ingin bikin negara komunis, karena saya lihat ketidakadilan, terus Jokowi bilang, 'BPJS saya gratiskan!'. Maka, ide saya bikin negara komunis hilang dalam dua menit."
"Saya mau bikin negara liberal, tapi saya tahu bahwa itu enggak mungkin karena ada yang enggak ikut saya bikin negara liberal, maka saya hilangkan tuh. Jadi, potensi itu membatalkan seluruh ide," pungkasnya.
Rocky dalam penjelasannya tersebut menyangkal pikiran pemerintah yang menganggap penyebaran radikalisme di masyarakat Indonesia akan berbahaya.
"Apa yang ditakutin dengan ide radikal?" tanya Rocky
Ia mengatakan, secara teoritis ide radikal dapat dibatalkan oleh ide kritisisme.
Rocky mengaku sering dilarang masuk ke kampus-kampus, padahal ia akan mengisi diskusi Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse untuk menangkal ide-ide radikalisme.
Baginya, pemerintah seharusnya memberikan ruang pada masyarakat utamanya mahasiswa untuk berpikir kritis guna menangkal ide radikalisme tersebut dengan adanya dialektika dalam pikiran.
"Di kampus, radikalisme dianggap bersemayam di situ. Sebulan ini saya enam kali dilarang masuk kampus, padahal saya mau mengucapkan Critical Discourse itu," tuturnya.
"Ya, saya datang ke kampus, kampusnya digembok, Rocky Gerung enggak boleh masuk. Padahal saya mau membantah itu. Supaya ada dialektika dalam pikiran. Kasih outlet radikalisme itu," ujarnya.
Pihaknya mengaku, malah pesantren Ngruki, Jawa Tengah, yang dianggap sebagai sarang terorisme memintanya untuk datang mengisi diskusi.
"Dia minta saya ke situ untuk berdebat. Jadi, lebih terbuka pikiran Ngruki dari pada pikiran Istana dalam soal teori radikalisme itu," sindir Rocky.
Menurut Rocky, pemerintah gagal untuk menghasilkan keadilan dan kesejahteraan, sehingga mereka mulai berbicara tentang radikalisme, stabilisasi nasional, dan segala macam lainnya yang tidak fokus dengan hal lain yang lebih penting dari pada radikalisme.
"Jadi, 'omong kosong itu' yang mau saya bongkar sebetulnya tuh. Lain, kalau keadaan ekonomi baik-baik saja, enggak ada tuh diskusi radikalisme," jelasnya dengan mengajukan perbandingan.