Kapolri Baru
Beratnya Tugas Kapolri Diungkap Tito Karnavian: Ada 450 Ribu Anggota Polri yang Harus Diurus
Tito Karnavian mengungkapkan pengalamannya, sangat berat menjalankan tugas memimpin Polri yang membawahkan lebih dari 450 ribu anggota.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kapolri Jenderal (Purnawirawan) Tito Karnavian mengungkapkan pengalamannya, sangat berat menjalankan tugas memimpin Polri yang membawahkan lebih dari 450 ribu anggota.
Penegakan hukum di tengah masyarakat yang sangat majemuk, dan demokratis bukanlah pekerjaan mudah.
Ia pun berpesan kepada Jenderal Idham Azis, banyak pekerjaan besar, seperti pilkada serentak 2020 di 270 daerah.
"Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Pak Idham. Jadi kapolri enggak gampang," kata Tito Karnavian usai menghadiri pelantikan Kapolri baru, Jenderal Idham Azis oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Tito mengatakan, menjabat kapolri tidak mudah karena ada 450 ribu anggota Polri yang harus diurus.
Apalagi, anggota Polri tersebut tersebar di 34 polda, 500 lebih polres, dan hampir 5.000 polsek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Idham, kata Tito, harus memastikan seluruh anggotanya bisa melaksanakan tugas pokok pemeliharaan kamtibnas sambil mengoptimalkan pelayanan kepada publik.
"Penegakan hukum itu tidak gampang di tengah negara yang sangat pruralistik dan demokrasi yang cenderung bebas," kata dia.
Tito menyebut, satu yang menjadi tantangan adalah menjaga keamanan Pilkada 2020. Ada 270 daerah yang akan menggelar pilkada secara serentak.
Ada juga permasalahan terkait kejahatan konvensional, seperti perampokan, begal, kekayaan negara, illegal loging, illegal fishing, serta masalah lingkungan.
"Kompleks sekali. Saya merasakan tiga tahun tiga bulan merasa cukup berat," kata dia.
Baca: Foto-foto Cantik Fitri Handari, Istri Idham Azis yang Menawan, Anak-anak Cerdas & Berprestasi
Baca: Gantikan Tito Karnavian Jadi Kapolri dan Naik Pangkat Jenderal, Segini Rincian Gaji Baru Idham Azis
Tito lahir di Palembang 26 Oktober 1964. Usianya genap 55 tahun, dan sebenarnya masih punya kesempatan memimpin Polri hingga tiga tahun ke depan.
Perwira tinggi polri, pensiun pada usia 58 tahun.
Ia ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Kapolri pada 13 Juli 2016 dan berakhir pada 22 Oktober 2019, selanjutnya menduduki kursi Menteri Dalam Negeri.
Tito yang kini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri pun menyatakan siap bekerja sama dengan Idham, utamanya terkait situasi keamanan di daerah.

"Pasti. Kan saya pembina untuk kepala daerah," ucap Tito.
Presiden Jokowi melantik dan mengambil sumpah Kapolri baru Idham Aziz, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11/2019) sekitar pukul 09.30 WIB.
Presiden Joko Widodo memberi tenggat waktu dua bulan, 1 November sampai awal Desember 2019 bagi Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan.
Presiden melantik kapolri baru, mengganti Tito Karnavian yang kini menjabat Menteri Dalam Negeri.
"Saya sudah sampaikan ke Kapolri baru, saya beri waktu sampai awal Desember," kata Jokowi.
Baca: Kadiv Humas Polri : Ada Hal Signifikan yang Sudah Kami Temukan Pada Kasus Novel Baswedan
Baca: Bertemu Panglima TNI Setelah Pelantikan, Kapolri Idham Azis Ingatkan Sinergitas Polri dengan TNI
Namun ia, tidak menjawab saat ditanya apakah ia akan membentuk tim gabungan pencari fakta independen jika target itu tak terpenuhi.
Jokowi sebelumnya sempat memberi target ke Kapolri terdahulu, Tito Karnavian, untuk mengungkap kasus Novel dalam 3 bulan.
Target itu diberikan Jokowi pada 19 Juli, setelah tim gabungan pencari fakta yang dibentuk Tito gagal mengungkap kasus tersebut.

Namun hingga tenggat waktu yang diberikan berakhir, kasus Novel belum juga terungkap.
Presiden Jokowi mengangkat Tito Karnavian menjadi Mendagri Kabinet Indonesia Maju pada 23 Oktober 2019 lalu.
Jokowi melantik Idham Azis di Istana Merdeka. Setelah pembacaan keputusan presiden, Idham Azis menandatangani berita acara pelantikan.
Dia didampingi pula Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Pangkat Idham Azis pun dinaikkan menjadi jenderal polisi.
Selanjutnya, Jokowi mengganti tanda pangkat Idham Azis yang terpasang di pundak, dari bintang tiga menjadi bintang empat.
Baca: KPK Akan Dipimpin Seorang Jenderal Polisi Aktif, Apa Respons Novel Baswedan?
Baca: Gantikan Tito Karnavian Jadi Kapolri dan Naik Pangkat Jenderal, Segini Rincian Gaji Baru Idham Azis
Prioritas utama yang harus dilaksanakan Idham Azim sebagai pesan dari Jokowi adalah kerja, kerja, dan kerja.
"Presiden menyampaikan kepada saya, kerja, kerja, dan kerja," ujar Idham Aziz.
Idham Aziz mengatakan, ia akan melanjutkan tugas-tugas yang sudah dilakukan Kapolri sebelumnya Tito Karnavian dan akan menguatkan program pemerintah.

Utang 2 Tahun
Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 lalu.
Saat itu, Novel baru saja menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan, dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Akibat penyiraman air keras ini, wajah Novel terluka parah, dan kini mata kirinya tidak berfungsi melihat. Pengungkapan pelaku penyerangan Novel, menjadi utang Polri, yang selama dua tahun belum terlunasi.
Kabareskrim Polri Komjen Idham Azis dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Kapolri baru di Istana Negara, Jumat pukul 09.30 WIB.
Idham Azis dilantik setelah dinyatakan lolos uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test oleh komisi III DPR RI, Rabu (30/10/2019).
Baca: Kapolri Idham Azis Diberi Waktu Jokowi Hingga Awal Desember untuk Ungkap Kasus Novel
Baca: Ketua KPK Agus Raharjo Optimis Kapolri Idham Azis Dapat Selesaikan Kasus Novel Baswedan
Kemudian pada Kamis (31/10/2019), rapat paripurna DPR RI menyetujui penunjukan Idham oleh Presiden.
Posisi Idham Azis menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Purnawirawan Tito Karnavian yang ditunjuk Jokowi menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di Kabinet Indonesia Maju.
Sementara Idham, seusai dilantik menjadi Kapolri, enggan menanggapi pertanyaan soal pengungkapan kasus Novel. Idham memilih langsung pergi meninggalkan wartawan.
Kapolri Idham Azis bukanlah orang baru dalam penanganan kasus Novel.
Investigasi kasus Novel Baswedan pernah ditangani Idham saat ia menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dan masih berpangkat Irjen.
Kemudian, saat menjabat sebagai Kabareskrim dan berpangkat Komjen, Idham Azis berperan sebagai penanggung jawab tim teknis kasus Novel yang dibentuk Polri.

Diberitakan sebelumnya, Novel Baswedan dinilai pesimistis. Ia tak berharap banyak Polri bisa mengungkap kasus penyerangan terhadapnya.
Namun ia mengaku masih memiliki harapan terkait penuntasan kasus penyiraman air keras yang dialaminya.
Dia bahkan cenderung pesimistis. Itu karena Kapolri baru, Komjen Idham Azis, adalah mantan Kabareskrim yang gagal mengungkap kasusnya.
"Kalau bicara harapan, haruslah punya harapan, cuman kan sekarang kan Pak Idham kan sudah berapa lama jadi Kabareskrim. Beliau diam saja, beliau bukannya enggak tahu harusnya," ungkap Novel di kampus Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (31/10/2019).

Meski pesimistis, Novel mengaku akan tetap mendorong Idham mengungkap dan menuntaskan kasusnya.
"Meski saya katakan sedikit agak pesimis, sedikit kecewa, tapi tetap mendesak kepada Pak Idham tetap punya tanggung jawab sebagai Kapolri untuk mengungkap," kata Novel berharap.
Ia menuturkan, tak hanya terhadap kasusnya, Ia juga mendesak Idham menyelesaikan segala serangan terhadap pegawai KPK.
"Ini bukan saja seorang diri saya, bayangkan semua serangan kepada orang KPK enggak ada yang terungkap. Sampai yang ada CCTV-nya yang buktinya jelas nggak terungkap, terus mau yang mana lagi," kata dia. (Tribunnews.com/Sinatrya/Kompas.com/Ihsanuddin)