Begini Simulasi Pengamanan Awak Media Ketika Demo Berujung Rusuh
Digelar di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, awak media dibriefing terlebih dahulu dimana titik-titik aman yang dapat digunakan untuk meliput
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri menggelar simulasi pengamanan terhadap awak media ketika situasi demo atau unjuk rasa berujung rusuh, Sabtu (26/10/2019).
Hal ini dilakukan agar awak media tak lagi menjadi korban kekerasan dari oknum aparat di lapangan, terutama menyangka awak media adalah bagian dari pengunjuk rasa.
Digelar di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, awak media dibriefing terlebih dahulu dimana titik-titik aman yang dapat digunakan untuk meliput.
Untuk membedakan awak media dengan massa perusuh dan memudahkan anggota mengenali tiap orang di lokasi, polisi memberikan helm serta rompi bertuliskan 'Pers'.
Adapun tiap penanganan terhadap aksi unjuk rasa atau demo Korps Brimob membagi situasi ke dalam tiga indikator warna. Yakni hijau, kuning, dan merah.
Hijau diartikan kondisi massa masih tertib, sementara kuning berarti situasi massa mulai rusuh. Merah menandakan massa telah berubah menjadi anarkis.
Baca: Gotong Royong Revitalisasi Halte, Bunda Milenial Dapat Piagam Penghargaan Transjakarta
Ketika situasi kuning dan merah, awak media pun diharapkan dapat memposisikan diri di luar kerumunan massa. Untuk lebih aman, awak media diharapkan berada di belakang para anggota kepolisian.
Saat simulasi dilakukan, sejumlah orang nampak berperan sebagai massa yang berusaha melakukan tindakan anarkis.
Pantauan Tribunnews.com, mereka mulai melempari aparat kepolisian dengan berbagai benda. Namun benda yang di lempar dalam simulasi ini adalah plastik berisikan air sebagai simbol semata.
Aparat pun membentuk formasi dengan menutupi serangan massa menggunakan tameng. Tameng diarahkan di bagian depan dan atas, untuk menghindari lemparan benda-benda tersebut.
Massa terus bergerak dan bertindak anarkis dengan mendorong hingga menendang tameng serta formasi yang dibuat kepolisian. Saat inilah awak media diminta menjauhi kerumunan massa.
Setelahnya, lantaran tiga kali peringatan untuk membubarkan diri tak diindahkan oleh massa, aparat kepolisian pun bertindak tegas.
Aparat dengan tameng tadi mundur kebagian belakang, digantikan oleh para aparat kepolisian yang mengendarai motor dengan berboncengan.
Belasan motor itu sedikit demi sedikit maju dan akhirnya polisi yang membonceng menembakkan gas air mata ke arah atas atau langit di atas massa.
Di belakang motor, terdapat sekira enam kendaraan roda empat yang dilengkapi water cannon. Kendaraan ini dikerahkan tatkala massa masih terus merangsek maju meski gas air mata telah ditembakkan.