Pengamat Sebut Upaya Untuk Menggagalkan Pelantikan Presiden Tidak Akan Berhasil
Pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mencium adanya motif lain di balik upaya menggagalkan pelantikan presiden
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan upaya untuk menggagalkan pelantikan presiden pada 20 Oktober 2019 tidak akan berhasil.
Menurut Karyono, upaya untuk menggagalkan pelantikan Presiden sebetulnya tidak hanya terjadi di era Jokowi.
Upaya serupa pun pernah terjadi pada era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Era SBY juga ada aksi-aksi wacana-wacana yang ingin menggagalkan pelantikan, kalau menurut saya tidak akan berhasil kalau pun ada pergerakan untuk menggagalkan Presiden," ujar Karyono Wibowo saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2019).
Baca: Tanggapan Menhan soal Purnawirawan TNI AL yang Diperiksa Terkait Dugaan Perencanaan Kerusuhan
Baca: Prediksi Susunan Pemain Lille vs Chelsea Liga Champions 2019, The Blues Kembali Diperkuat Kante
Baca: Bung Kusnaeni Mendaftar Calon Exco PSSI, Berharap Bisa Perkuat Kemitraan dengan Pemerintah
Meskipun upaya untuk menggagalkan pelantikan presiden tidak berhasil, Karyono melihat dengan adanya rentetan aksi akan membangun opini publik bila Jokowi gagal menjalankan roda pemerintahan.
"Kalaupun tidak bisa menggagalkan pelantikan, ya bisalah untuk mendelegitimasi pemerintahan Jokowi," ucap Karyono.
Lebih lanjut, Karyono tidak melihat ada tanda-tanda yang cukup kuat dari kelompok tertentu untuk menggagalkan pelantikan presiden.
"Tidak ada indikator yang bisa menguatkan bahwa pelantikan presiden gagal. Tidak ada tanda-tanda cukup kuat, paling nggak gangguan-ganguan kecil," katanya.
Minta polisi bongkar dalangnya
Penanggung Jawab Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) Haidar Alwi medesak kepolisian segera membongkar dalang di balik aksi-aksi demontrasi yang berujung anarkis jelang pelantikan presiden periode 2019-2024.
Ia juga meminta kepada semua pendukung dan relawan Jokowi-Maruf Amin untuk bersatu sebagai bentuk kesetiaan kepada Presiden Jokowi.
"Tensi politik menyongsong Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 20 Oktober 2019 semakin memanas dan mencekam. Tak bisa dipungkiri, rentetan kejadian dan aksi massa yang marak belakangan ini sangat mungkin ditunggangi," kata Haidar Alwi dalam diskusi 'Dinamika Politik Jelang Pelantikan Jokowi 2019' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2019).
Baca: Mengenal Sosok Lora Fadil, Anggota DPR RI yang Ajak 3 Istrinya ke Acara Pelantikan di Senayan
Baca: Pelatihan Tanggap Bencana Bagi Pemagang Indonesia Diselenggarakan Kepolisian Jepang
Baca: Suami Sering Keluar Malam Tinggalkan Anak Istri, Langsung Kapok saat Tahu Ada Orang Lain di Rumahnya
Haidar pun menyebut, beberapa kejadian mulai dari bentokan di Wamena, Karhutla di Riau dan Kalimantan, hingga aksi demonstrasi mahasiswa dan pelajar yang berujung bentrok sebagai rentetan kejadian yang tidak mungkin berdiri sendiri.
"Banyak kepentingan yang bermain di balik aksi-aksi itu. Bahkan ada dugaan kuat kaum radikal dan intoleran menjadi penyokong berbagai aksi yang mengancam keutuhan bangsa ini," kata Haidar.