Jumat, 3 Oktober 2025

Rusuh di Papua

Saran Rizal Ramli Atasi Kemelut di Papua: Tiru Cara Gus Dur

“Jangan yang di Papua dan mahasiswa yang demo saja yang ditangkap, tapi di Surabaya bagaimana? Yang di Malang bagaimana

Editor: Rachmat Hidayat
ISTIMEWA
Rizal Ramli 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Kemelut di Papua tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara represif. Bahkan, penangkapan mahasiswa asal Bumi Cendrawasih yang dituding makar justru akan menambah persoalan baru di kemudian hari. Hal ini diungkapkan oleh ekonom, tokoh nasional Rizal Ramli.

Ia menyarankan, pemerintah sebaiknya mengintropeksi diri terhadap hal-hal yang selama ini belum dilakukan dalam memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat yang bermukim di bumi mutiara hitam di timur Indonesia.

Ia mengungkap, ada lima langkah yang bisa ditempuh pemerintah, meredam konflik di Papua dan memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat. Pertama, sebut Rizal Ramli, terkait dengan adanya dorongan Papua dan Papua Barat untuk keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca: Mabes Polri: Aparat Gabungan TNI-Polri Belum Akan Ditarik dari Papua

Pemerintah sejatinya meniru cara Presiden RI ke-4,Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan membuka ruang dialog dengan tokoh-tokoh adat layaknya keluarga yang berbeda pendapat," saran Rizal Ramli,Senin (2/9/2019).

"Gus Dur selalu menganggap teman-teman Papua yang ingin merdeka ini seperti saudara sendiri. Jadi penyelesaiannya dengan membuka ruang dialog secara terbuka seperti menyelesaikan persoalan keluarga,” lanjutnya.

Baca: TERKINI Gubernur Papua Keluarkan Enam Poin Imbauan, soal Kasus Rasisme hingga Penanganan Pendemo

“Kalau ada anak-anak kita mau keluar rumah, masa kita gebuk, masa mau kita usir, masa mau kita bilang silakan. Justru kita pakai alat untuk intropeksi dan cari jalan keluar.Apakah sebagai orangtua saya sudah benar atau belum, sudah adil belum, saya perhatikan anak-anak saya sama atau ndak?" ujar mantan Menko Ekuin era pemerintahan Gus Dur ini.

Gus Dur, sambung Rizal Ramli, tak pernah mempermasalahkan ucapan masyarakat Papua yang ingin merdeka dan keluar dari Republik Indonesia. Namun selalu menjadikannya sebagai pintu introspeksi serta merangkul masyarakat Papua.

Baca: Kapolri Bersama Panglima TNI Satu Minggu di Papua

"Itu sebetulnya ungkapan dari rasa ketidakadilan. Itulah kenapa buat Gus Dur enggak ada masalah yang ngomong kayak begitu, bahkan dirangkul. Kalau salah kita benerin," ujarnya.

Langkah kedua, sambung Rizal Ramli yang juga pejuang demokrasi sejak mahasiswa itu, aparat keamanan harus menindak tegas para pelaku yang mengintimidasi dan mengeluarkan ucapan rasial pada warga Papua di Asrama Surabaya dan Malang.

“Jangan yang di Papua dan mahasiswa yang demo saja yang ditangkap, tapi di Surabaya bagaimana? Yang di Malang bagaimana? Harusnya pelaku rasial itu langsung ditangkap dan diproses hukum dong!” tegas Rizal Ramli yang juga mantan anggota Tim Panel Bidang Ekonomi PBB itu.

Rizal Ramli khawatir, bila isu rasial ini dibiarkan berlarut-larut, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia (HAM) oleh dunia internasional.

Baca: Koalisi Masyarakat Sipil: Hentikan Sweeping Asrama Mahasiswa Papua

Dalam International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (ICERD) secara tegas telah disepakati adanya penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.  "Dunia internasional bisa manfaatkan sebagai pintu masuk pelanggaran HAM bila isu rasial ini tidak ditindak tegas dan dibiarkan berlarut," Rizal mengingatkan.

Hal ketiga yang berkaitan dengan adanya kelompok bersenjata, Rizal Ramli mendukung cara-cara yang sudah dilakukan pemerintah dalam menindak tegas para pelaku tersebut.

Namun tokoh mahasiswa yang pernah di penjara 1,5 tahun di penjara militer dan Sukamiskin karena melawan sikap otoriter Orba itu mengatakan, “Aparat keamanan tidak boleh melakukan tindakan kekerasan terhadap rakyat sipil yang tidak bersenjata dimanapun di seluruh Indonesia, termasuk di Papua,” kata dia.

Aparat keamanan, saran Rizal harus melakukan pemetaan secara matang antara-kelompok bersenjata dengan warga sipil. "Jangan karena panik, memberondong senjata dengan serampangan, karena khawatir warga sipil yang justru menjadi korban," tukas Rizal Ramli.

Tindakan represif terhadap rakyat sipil tsb ia khawatir, semakin memperkuat dukungan terhadap kelompok bersenjata seperti terjadi di Timor Timur dan Aceh.

Baca: Bambang Soesatyo Dorong Pemuda Papua Pulihkan Semangat Membangun

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved