Rusuh di Papua
Polri Terus Lakukan Patroli Siber Terhadap Akun-akun Penyebar Hoaks, Provokatif Terkait Papua
Patroli Siber akan melakukan profilling dan penelusuran jejerang komunikasi dari akun-akun penyebar hoaks, provokatif dan hate speech terkait Papua.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Patroli siber Polri masih terus melakukan pengawasan terhadap akun-akun penyebar hoaks, provokatif dan hate speech terkait Papua di media sosial hingga Jumat (30/8/2019), meskipun kondisi saat ini sudah kondusif.
Hal itu disampaikan Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo kepada Tribunnews.com mengenai kondisi terkini di Jayapura.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini menjelaskan, patroli siber polri dilakukan untuk meminimalisir konten yang dapat memprovokasi massa.
Baca: Pemakaman massal anak-anak ditemukan di Peru, diyakini sebagai korban persembahan manusia
"Paroli Siber Polri masih terus laksanakan monitoring akun-akun penyebar hoaks, provokatif dan hate speech," ujar Jenderal Bintang Satu Bhayangkara ini kepada Tribunnews.com, Jumat (30/8/2019).
Patroli Siber akan melakukan profilling dan penelusuran jejerang komunikasi dari akun-akun penyebar hoaks, provokatif dan hate speech terkait Papua.
"Diprofilling dan ditelurusi jejaring komunikasinya," tegas Dedi.
Baca: Nikita Mirzani Dituduh Mantan Suami Telantarkan Anak, Dewi Perssik dan Fairuz A Rafiq Beri Dukungan
Berdasarkan hasil patroli siber hingga Selasa (27/8/2019), Polri mencatat, 32 ribu konten diblokir dan ribuan akun di-take down.
"Patroli siber itu gabungan antara Polri dengan BSSN dan Kemenkoninfo. Hoaks cukup banyak kemudian dari 32 ribu konten yang sudah dilakukan maping ada 1.750 akun lebih yang sudah diajukan untuk dilakukan pemblokiran dan take down oleh Kemenkominfo," kata Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Selasa (27/8/2019)
Pemblokiran konten dan akun tersebut dilakukan sejak 17 Agustus hingga Selasa ini.
Dedi mengatakan langkah tersebut untuk memitigasi konten-konten sensitif yang bertebaran di Papua.
Baca: Serda Rikson Gugur, Ayah Janji Pulang Nunggu Rumah Selesai, Rumah Belum Selesai Ayah Pulang Duluan
"Yang paling banyak adalah di Facebook, karena kita ketahui bersama Facebook ini untuk kalangan akar rumput, kemudian nomor 2 adalah Twitter, nomor 3 baru Youtube, nomor 4 itu sebagian kecil adalah Instagram," lanjut Dedi
Selain konten yang ditake down, Dedi mengatakan pelambatan internet di Papua pun menurutnya sudah melalui kajian komperhensif dalam rangka untuk mempertahankan kedaulatan NKRI.
"Karena kita ketahui dari patroli siber ini bukan dari dalam negeri saja, jadi sudah ada mapping dari beberapa pihak di luar negeri pun melakukan kegiatan-kegiatan dengan menggunakan akses media sosial dalam rangka untuk memperkeruh situasi di dalam negeri," katanya.
Pemblokiran Internet Masih Dilanjutkan di Papua
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan saat ini di dunia maya masih banyak beredar berita bohong atau hoaks.